Guru RA Kab. Cilacap dilatih tari kreasi

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Sebanyak 350 peserta pelatihan tari yang terdiri atas guru-guru raudlatul Athfal (RA) yang tergolong dalam Ikatan Guru Raudlatul Atfal (IGRA) Kab. Cilacap, Rabu(26/11) dilatih tari kreasi di Aula Graha Darussalam Cilacap.

Dalam sambutannya Ketua IGRA Kab. Cilacap Nurhasanah mengatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kreativitas kompetensi guru RA Kab. Cilacap, menambah keilmuan, memperkokoh tali silaturahim baik antar maupun intern guru RA se-Kab. Cilacap. “Pelatihan tari kresi ini merupakan kegiatan pembuka dari rentetan kegiatan yang akan diteruskan dengan lomba kreatifitas yang akan dilaksanakan di Dreamland Pancasan Kec. Ajibarang 10 Desember 2014 mendatang”, katanya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap dalam pembekalannya sangat mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai salah satu usaha nyata dalam upaya peningkatan kompetensi guru RA Kab. Cilacap, sehingga kelak bisa diimplementasikan secara baik di tempat masing-masing.

Mughni Labib lebih lanjut menegaskan bahwa terdapat lima kualifikasi guru yang harus dimiliki, yang Pertama Intagritas yakni kejujuran dan kebenaran dari seorang guru yang meliputi sikap perilaku dalam bekerja. Kedua Profesionalitas menyangkut kemampuannya dalam melaksanakan tugas untuk menjadi yang terbaik. Ketiga Inovasi, ditandai dengan perubahan menjadi lebih baik dalam segala bidang. Keempat Tanggung jawab, hal ini mencakup sejauh mana dalam melaksanakan amanah yang diberikan dan hasilnya harus bisa dipertanggungjawabkan baik secara moral, spiritual dan secara hukum, dan Kelima adalah keteladanan, seorang guru harus bisa menjadi uswah khasanan atau contoh yang terbaik bagi para siswa karena semua gerak gerik seorang guru selalu diperhatikan oleh peserta didiknya.

Tari Kreasi Bertema Pesan Moral

Narasumber pertama, Kusumo Suryoharjuno, trainer dan penulis buku Ice Breaker Penyemangat Belajar dan Parenting Solution dari Smart Training Surabaya, memberikan bagaimana menstimulus para siswa yang masih anak-anak dengan Ice Breaker atau penggugah semangat dari keadaan beku dalam jiwanya menjadi cair dan timbul semangat untuk belajar.

Narasumber kedua yakni Hadi Sunaryo, praktisi seni tingkat nasional dari Sanggar Merah Putih Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Di sela-sela pelatihannya, Hadi Sunaryo menegaskan bahwa selama ini para siswa di tingkat RA maupun TK belum mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kesenangan anak-anak. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajarannya belum disesuaikan dengan derasnya perubahan arus globalisasi.

“Melalui pembelajaran seni tari yang dipadukan dengan tema, misalnya kebersihan lingkungan, maka disamping mendengarkan, para siswa juga memperagakan gerakan-gerakan yang disesuaikan dengan nyanyian. Dengan cara ini akan menimbulkan kesan yang mendalam sehingga disamping prosesnya menyenangkan, inti nilai moral yang disampaikanpun akan membekas dengan kuat di hati sanubari anak-anak. Tari kreasi bisa dikembangkan dengan tema-tema yang lain, misalnya tari kelinci, tari wekwek, tari blekditdot, tari senam dan tema tari-tari yang lain”, tegasnya.(Budi)