Menag : Pesantren merupakan embrio tumbuhnya pendidikan madrasah bahkan perguruan tinggi

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonosobo – Disela-sela padatnya jadwal kegiatan sebagai seorang menteri dan setelah beberapa kali terjadi penundaan, akhirnya pagi ini Senin 22-09-2014 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berkesempatan hadir di Jawa Tengah, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Hikam Darussalikin Kalikajar Kabupaten Wonosobo dalam rangka Launching Madrasah Aliyah Satu Atap Al-Hikam Cendekia Kabupaten Wonosobo.

Dibawah asuhan K.H. Muhammad Mahmud Ismail pada tahun 2006 Pondok Pesantren Al-Hikam Darussalikin telah membuka Madrasah Tsanawiyah dimana para siswanya merupakan santri dari pondok. Pada tahun 2014 ini Beliau ingin mengembangkan dengan menambah Madrasah Aliyah yang pagi ini akan diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia.

Rombongan Menag tiba dilokasi pondok pukul 11.00 WIB sesuai jadwal yang telah direncanakan, Menag didampingi Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan, Kakanwil Jawa Tengah Khaeruddin dan Kakanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Maskul Haji disambut oleh Pengasuh pengasuh pondok Muhammad Mahmud Ismaill, Wakil Bupati Wonosobo Maya Rosyida dan Kakankemenag Wonosobo Muhtadin.

Dalam peresmian madrasah Aliyah tersebut Menag berharap agar launching madrasah menjadi titik tolak bagi pondok pesantren untuk terus berkembang lebih progresif sesuai dengan kontek tantangan perkembangan zaman. Sebagai insan pondok pesantren hendaknya bangga dimana keberadaan pondok pesantren merupakan cikal bakal atau Rahim dari lahirnya madrasah bahkan lahirnya perguruan tinggi.

Saat ini sekolah berbasis agama menjadi incaran dan tumpuan bagi masyarakat agar terbentuk generasi muslim berkarakter unggul dengan kemampuan ilmu kombinatif baik ilmu umum maupun ilmu agama secara bersamaan, dahulu pendidikan islam di madrasah dan pondok pesantren sangat identik dengan keterbelakangan, statis dan tidak dinamis namun kesan tersebut dapat ditepis dan lambat laun berubah.

Pesantren dan madrasah menjadi simbol kemajuan sistem pendidikan yang mampu mengintegrasikan atau menyatukan kemampuan iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, lebih popular dengan istilah Integrasi antara islam dan sains. Hal ini sudah sesuai dengan amanat undang-undang dasar dimana tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlakul mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan islam ini sangatlah penting dan jauh lebih penting lagi menjaga prestasi yang sudah diraihnya. Jika pesantren dan madrasah telah mampu tampil percaya diri melakukan perubahan-perubahan, bahkan menjadi trendsetter bukan follower bagi model pendidikan di Indonesia maka inovasi dan inti dari kompetensi yakni unggulan-unggulan yang dimiliki oleh pesantren dan madrasah harus tetap dijaga dan dipertahankan serta ditingkatkan.

Beberapa minggu lalu saya membuka Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke V di Jambi yang dikuti para santri dari pondok pesantren di seluruh Indonesia, disana geliat peningkatan kompetensi pondok pessntren dengan ciri khas kemampuan membaca kitab kuning, dimana para santri tampil dengan kemampuan membaca kitab kuning dan memberikan penjelasan bahkan berkembang dalam diskusi dalam batasan materi kitab kuning tersebut.

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) di Makasar, disana tampak bahwa positioning madrasah dikancah nasional dan internasional, dimana para juri adalah para dosen yang diambil dari perguruan tinggi umum nasional, yang secara jujur mengakui bahwa kualitas anak-anak madrasah saat ini sudah mengungguli dari siswa-siswi sekolah umum, dan keunggulan tersebut di bidang sains bukan agama.

Pendirian madrasah di ponpes al-hikam ini hendaknya tidak boleh melupakan pengakuan khas pesantren dalam hal kemampuan membaca kitab kuning dan budaya pesantren dengan figure sang kiai yang tidak dapat ditiru oleh siapa saja dengan mudah.

Banyaknya para alumni pondok pesantren yang sukses dan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi favorit baik dalam negeri maupun luar negeri, melalui pemberian bea siswa santri berprestasi kita dapat lihat hasil nyatanya, sebagian dari mereka yang telah lulus dari perguruan tinggi dalam negeri mampu melanjutkan ke perguruan tinggi luar negeri dengan pondasi ilmu agama islam dan umum yang kokoh.

Fakta inilah yang mampu menepis bahwa sekolah di madrasah mempunyai masa depan suram, namun sebaliknya melalui sekolah madrasah apalagi yang berbasis ponpes akan menghasilkan generasi unggul yang memiliki kedalaman ilmu agama islam yang bagus, moderate dan progresif serta memiliki kedalaman ilmu-ilmu umum pada saat yang bersamaan. Maka dengan cara inilah akan lahir ulama-ulama dan kiai-kiai, yang juga ahli bioteknologi, ahli fisika modern dan fasih dalam hal manajemen yang pada akhirnya akan mengharumkan nama islam di mata dunia internasional dengan meraih hadiah nobel.

Acara diakhiri dengan penandatanganan prasasti dan penekanan tombol sirene oleh Menteri Agama menanddai Madrasah Aliyah Satu Atap Al-Hikam Cendekia resmi dilaunching. (gt)