081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Penyuluh Harus Terlibat Dalam Pencegahan Paham Radikalisme

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Blora – Para penyuluh Agama Islam saat ini harus berhadapan dengan radikalisme yang mempunyai ciri intoleran, fanatic, inklusif dan revolusioner, dimana beberapa Sifat radikalisme, yaitu destruktif, menghalalkan segala cara seperti ISIS di Syria dan menyebarkan ajaran secara persuatif, yakni Mengenalkan radikalisme melalui ceramah agama, bahwa yang tidak sefaham dan tidak menggunakan hukum Allah adalah Toghut (lebih mencintai suatu dari pada Allah). Sehingga peran penyuluh sangat urgen, yakni mencegah berkembangnya paham tersebut dengan cara yang damai dan lemah lembut.

Demikian disampikan Kepala kanwil Kemenag Jateng, Farhani dalam pembinaan ASN kemenag dan koordinasi Penyuluh Agama dan guru Non PNS di AULA STAI Negeri Kudus lingkup exs Karisidenan Pati yang dihadiri oleh Kepala Kanwil Kemenag Propinsi Jawa Tengah, Farhani dan Anggota Komisi 1 DPR RI, Muhammad Arwani Thomafi, Rektor STAIN Kudus, Kabag TU Kanwil Kemenag Jateng, Suhersi, Kepala Kemenag Kabupaten dan Kepala KUA se eks Karisidenan Pati pada sabtu (4/11) kemaren, yang juga diikuti oleh Penyuluh Agama Islam Fungsional dan Non PNS Kemenag Blora, kasubbag TU, dan Kepala KUA.

Adapun Penyebab radikalisme menurutnya ada beberapa hal baik Internal,yakni adanya pemahaman yang sempit terhadap teks Al Qur’an, maupun eksternal, yaitu kekalahan umat Islam dalam bidang ekonomi dan politik, sehingga untuk  mengatasi Radikalisme tersebut perlu peran aktif penyuluh dengan  Mengembangkan ajaran agama yang benar; Menanamkan jiwa nasionalisme; Membangun jejaring damai; Biasakan tabayun, tidak langsung percaya pada suatu ajaran baru karena  Islam adalah agama rahmatan lil’alamiin, yang cirinya Toleransi, Moderat, Seimbang dan Adil.

Mantan kepala kemenag Banjarnegara tersebut juga menandaskan bahwa penyuluh merupakan tangan panjang pemerintah melalui bahasa agama, yang menjadi ujung tombak Kementerian Agama yang langsung berhadapan dengan masyarakat, termasuk para guru yang senantiasa berhadapan dengan murid.

“Dengan tugas penyuluh yang semakin banyak tantangan itu maka pemerintah memang perlu lebih memperhatikan dan memberikan apresiasi kepada para penyuluh, yang bekerja dari pagi dan sore bahkan sampai malam hari dan ihlas berjuang demi kebaikan dan kemajuan umat, dan tetap  ikhlas berjuang dalam tugasnya dengan diniati Ibadah kepada Allah SW sehingga istiqomah dalam mengabdi dan menjalani tugas kepenyuluhan”ungkapnya.

Saat ini, menurutnya salah satu diantara bentuk perhatian pemerintah kepada penyuluh yaitu dengan naiknya honr penyuluh secara bertahap, melalui upaya Komisi DPR RI yang disetujui presiden mudah-mudahan tidak lama lama honornya bisa naik lagi.

Dalam kesempatan tersebut,  Farhani menyampaikan para penyuluh dan guru Non PNS bisa bersilaturrahmi dan berkumpul dengan rekan  yang dari Kemenag Kudus, Jepara, Pati, Rembang dan Blora dan guru Non PNS juga akan menerima SK Impassing karena setelah tiga tahun menunggu SK Impassing yang masih terkatung katung, maka saat ini sudah terbit SK yang diserahkan secara simbolis oleh Kakanwil Kemenag Propinsi Jawa Tengah kepada Kakan Kemenag Kabupaten masing-masing di AULA Kampus di Kudus ini.

Menurutnya, para penyuluh dan peserta bisa menyampaikan “unek-uneknya” atau permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tugas kepenyuluhan kepada Kakanwil Jateng maupun dan Komisi DPR RI yang menentukan kebijakan dengan persetujuan Presiden.

Farhai menjelaskan bahwa Penyuluh Agama mempunyai tugas yang semakin berat karena sebagai garda terdepan Kementrian Agama dalam menyampaikan pesan pembangunan dan keagamaan kepada masyarakat dan umat.

“ Kalau jaman dulu para pejuang perang secara fisik, dan sekarang perang itu bukan berhadapan dengan musuh secara fisik tapi mungkin perang ideologi, misalnya komunisme, radikalisme dan ideologi yang bisa merusak kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan beragama”paparnya serius.

Sementara itu Rektor STAIN Kudus, Dr. Mundakir,M.Ag mengatakan bahwa dalam proses perkuliahan akan ditambahkan mata kuliah tentang Radikalisme dan akan dibuka pula Prodi PG MI dan PG Konseling MI untuk mendukung peningkatan SDM yang akan berhadapan langsung dengan masyarakat .

Para peserta nampak semangat dalam mengikuti materi dan  mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang  dijawab oleh nara sumber  berkompeten dan diharapkan bisa membantu permasalahan yang dihadapi para penyuluh dan Guru Non PNS. (Kumaidi/ima/bd)