Para Pewarta Kabar Gembira Mesti Ambyur dan Srawung

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Bimas Katolik, “Menjadi Pewarta Kabar Gembira itu mesti ambyur dan srawung bersama masyarakat, demikian homili Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam acara Perayaan Ekaristi Perutusan Rapat Senat Terbuka Luar Biasa dan Missio Canonica Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik Santo Fransiskus Assisi dalam Rangka Wisuda Sarjana VI Tahun 2018 di Aula Kampus STPKat St. Fransiskus Assisi Semarang, Senin (21/5/2018).

Mgr. Rubi berpesan kepada para wisudawan untuk berusaha semakin ambyur dan srawung ditengah masyarakat yang beraneka ragam. Kata Ambyur dan Srawung  yang sering digaungkan Mgr. Rubi telah menjadi motivasi untuk mengedapankan dialog yang baik untuk membangun kebersamaan dalam perbedaan. Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang seluruh umat diajak untuk mengembangkan Gereja Katolik yang Inklusif (terbuka) dan terlibat aktif dalam pembangunan bangsa ini.

“Saya sungguh senang, dengan lulusnya anda semua, berarti saya punya kader baru untuk mengembangkan sikap ambyur dan srawung ditengah umat Katolik secara khusus dan masyarakat secara umum,” salah satu kalimat dalam homilinya.

Harapan itu diungkapkan Mgr. Rubi sebagai ajakan untuk membantu mengembangkan sikap ambyur dan srawung ditengah umat yang beraneka ragam.

“Jadilah orang yang terbuka dan mau bergaul pada siapapun, jangan lupa harus ambyur  dan srawung ” tutupnya.

Menurut Ketua STPKat St. Fransiskus Assisi, tema wisuda kali ini adalah “Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8), dengan pilihan tema tersebut harapanya semua wisudawan siap dalam perutusan ini. Siap diutus dan siap menjadi pewarta kabar gembira ditengah-tengah umat. “Jangan lupa bahwa saat ini bangsa membutuhkan orang-orang yang baik untuk membangun peradaban kasih, orang-orang itu adalah kalian semua,” kata Sr. Bertha, OSF Ketua STPKat. St. Fansiskus Assisi dihadapan 17 wisudawan dan seluruh hadirin.

Sejak 5 Oktober 2007, Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St. Frasiskus Assisi yang telah mendapatkan ijin dari Uskup Keuskupan Agung Semarang menghasilkan para guru agama Katolik. Unggul, profesional, dan berjiwa missioner yang menjadi visi STPKat St. Fransiskus Assisi telah mendarah daging pada jiwa para alumni. STPKat St. Fransiskus Assisi dikelola oleh para Suster Ordo Santo Fransiskus Assisi (OSF). Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, suster-suster mengajak para mahasiswa untuk hidup disiplin, religious dan sopan santun.

STPKat St. Fransiskus Assisi Semarang yang telah mendapat ijin operasional sejak 5 Oktober 2007 dari Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia untuk membuka program S1 jurusan Pastoral Katekese. Harapannya lulusan dari STPKat St. Fransiskus Assisi mampu dan berwenang untuk menjadi guru agama dari tingkat pendidikan dasar dan menengah yang sekaligus mampu menjadi tenaga pastoral di sekolah, paroki dan masyarakat.

Dalam kesempatan ini pula hadir Direktur Pendidikan Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia. “ Ayo persiapakan diri kalian untuk mengikuti tes CPNS,” kata Fransiskus Endang, Direktur Pendidikan Bimas Katolik Kemenag RI. Kebutuhan guru Agama Katolik saat ini dinilai sangat penting mengingat ada “Bom Waktu” yang sangat besar, yaitu guru agama Katolik Pensiun bersamaan. Menurut Fransiskus, “Bom Waktu” ini perlu dijinakkan dengan hadirnya para lulusan guru Agama Katolik.

“Saya ingin kuota untuk guru Agama Katolik bisa terisi semua, supaya tidak ada yang hangus sia-sia,” harapan Frasiskus pada akhir sambutannya.

Fransiskus mengajak semua hadirin termasuk wisudawan untuk bersyukur atas semua kebaikan Tuhan yang terjadi hari ini. (ivo/sua)