081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

FKUB Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur Kagum Kerukunan di Salatiga

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Salatiga — Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur merasa kagum pada masyarakat Kota Salatiga yang majemuk tapi bisa rukun dan damai. Demikian lontar Umbu Modo Dedo Ngara, Kepala Badan kesbangpol Kabupaten Sumba Tengah dalam sambutan kunjungan kerja di Salatiga, Jum’at (12/10).

Rombongan FKUB Sumba Tengah diterima secara langsung oleh Sekretaris Daerah, Fakrurroji bertempat di Ruang Plumpungan Gedung Setda Kota Salatiga ini didampingi Forkopimda, Ketua FKUB Salatiga KH. Nur Rofiq, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag)  Fahrudin  dan kepala Badan Kesbangpol Agung Nugroho, Selain itu segenap jajaran pengurus FKUB kota Salatiga juga guyub menyambut rombongan kunjungan kerja.

Umbu Modo Dedo Ngara, Kepala Badan kesbangpol Kabupaten Sumba Tengah menyampaikan maksud dan kunjungan adalah ingin menimba ilmu terkait keberlangsungan FKUB kota Salatiga. “Kami mendapatkan informasi dari internet bahwa FKUB Kota Salatiga cukup eksis. Hal tersebut terbukti dengan rukun dan damainya masyarakat di tengah kemajemukan agama dan suku. Kami juga ingin tahu bagaimana kiat Pemkot Salatiga dalam mendukung keberadaan FKUB agar tercipta kondisi yang kondusif semacam ini,” papar Umbu.

Sekretaris Daerah dalam sambutannya menyatakan bahwa Salatiga adalah tempat yang nyaman, tempat untuk menjadi tujuan  kunjungan kerja terkait dengan kerukunan umat beragama.

“Bapak dan ibu tidak salah memilih Salatiga sebagai tempat kunjungan kerja. Sebelum FKUB ada di Indonesia ini lahir, dua tahun sebelumnya Salatiga sudah memiliki Majelis Puasa (Pimpinan Umat Agama Salatiga). Salatiga juga menjadi tempat kunjungan kerja dari berbagai  daerah di Indonesia bahkan dari negara lain seperti Amerika Serikat, Singapura dan Australia telah berkunjung ke sini untuk mengetahui secara langsung strategi yang dilaksanakan pemerintah dalam menciptakan situasi yang kondusif ini,” terang Fakrurroji.

“Salatiga ini merupakan Indonesia mini, di sini ada lebih 23 suku dan 300 lebih warga negara asing yang tinggal. Jangan heran bila bapak ibu  berkeliling di kota ini di sana sini ketemu orang Papua, Ambon dan Batak. Orang Amerika yang tinggal disini juga biasa kerja bhakti lingkungan, hadir dalam pertemuan RT serta melayat tetangga yang meninggal,” tambah Fakrurroji.

Diakhir kegiatan kedua belah dengan bertukar cindera mata,  foto bersama dan diakhiri dengan acara dialog. (KK/Mnc)