Guru Harus Berpikir Kritis dan Futuristik

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purbalingga – Sebaik apapun sistem dan kurikulum yang disusun dan ditetapkan, tidak akan ada manfaaatnya ketika guru tidak mampu dan mau berubah mengikuti tuntutan perkembangan yang ada. Maka benar-benar dibutuhkan kesiapan para guru dalam mengikuti arus perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Karsono kepada 40 orang guru peserta Diklat Teknis Substantif Publikasi Ilmiah Bagi Guru Madrasah  di Aula Lantai II kantor setempat, Kamis (8/11). Diklat Di Wilayah Kerja (DDWK) yang digelar Balai Diklat Keagamaan Semarang tersebut telah memasuki hari ke-4 setelah pada Senin (5/11) kegiatan tersebut dibuka Kasubbag Tata Usaha, Ahmad Muhdzir.

“Saya yakin 90 % keberhasilan pendidikan ada di tangan guru. Maka ketika seorang guru tidak siap mengajar di depan kelas apa yang bisa diharapkan dari proses pendidikan tersebut ? Kurikulum apapun yang diterapkan tidak akan ada artinya ketika guru tidak mau berubah dan memenuhi tuntutan yang ada,” tandas Karsono.

Saat ini telah tumbuh para orang tua dari golongan muda yang memiliki kemampuan lebih baik, imajinasi lebih kuat dan daya jelajah yang lebih tinggi dibandingkan orang tua pada masa lalu. Sehingga tuntutan para orang tua terhadap dunia pendidikan semakin tinggi, lanjutnya.

Banyak wali murid yang menolak menitipkan anak-anak mereka ke sekolah/madrasah tertentu karena alasan guru atau tenaga pengajar yang menurut mereka tidak memenuhi kriteria sebagaimana yang mereka harapkan. Akibatnya tingkat kompetisi antar sekolah/madrasah pun semakin berkembang. Hal tersebut harus segera disadari dengan melakukan perubahan-perubahan yang mengarah pada pemenuhan tuntutan masyarakat akan pendidikan yang semakin baik.

“Guru jangan lagi memberikan tugas pekerjaan rumah yang tidak memiliki korelasi dengan pembelajaran yang diberikan. Kesulitan yang dialami siswa akan akan beralih kepada orang tua sehingga memunculkan banyak pertanyaan dalam keluarga yang mengarah kepada kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ini harus dihentikan karena menunjukkan guru tidak professional dalam mengajar,” harap Karsono.

Ia juga menyinggung hak guru yang diberikan pemerintah berupa Tunjangan Profesi Guru (TPG) agar digunakan sesuai dengan peruntukannya. Guru harus memenuhi kebutuhan profesionalitasnya meliputi pengadaan buku-buku, laptop, dan kebutuhan lainnya yang memiliki korelasi dengan peningkatan professionalitas.

Kritis dan Futuristik

Melalui sebuah games Karsono mengajak para guru untuk selalu berpikir kritis dan berwawasan masa depan (futuristik).

“Ketika ditanya bagaimana cara memasukkan jerapah ke dalam kulkas maka jawablah teknik atau caranya saja. Tidak usah memikirkan ukuran dan hal-hal lainnya yang menjebak dan membawa kita tidak fokus dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,” ungkap Karsono berfilosofi.

Agar pemikiran guru tidak jalan di tempat maka mindset guru harus berwawasan ke depan. Guru dituntut untuk mengembangkan madrasahnya agr menjadi madrasah yang futuristik.

“Di antara ciri-ciri madrasah yang futuristik adalah memiliki budaya akademik yang kuat dan memiliki kurikulum yang relevan dengan perkembangan jaman,” tambahnya. (sar/gt)