DWP Kemenag Tegal Sosialisasi SPAK : Mencegah Korupsi dari Keluarga

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Tegal (Slawi) – Pada  Februari 2018, Transparency Internasional merilis indeks persepsi korupsi 180 negara di dunia, dengan skala nilai 0-100.  0 artinya paling korup dan 100 paling bersih. Peringkat negara terbersih diduduki oleh Selandia Baru dengan nilai 98, dan negara paling korup adalah Somalia dengan nilai 9. Sementara Indonesia ada di peringkat 96, dengan nilai 37.

“Jauh hari sebelum Transparency International merilis indek persepsi korupsi dunia di atas, tepatnya antara tahun 2012 – 2013, KPK telah mengadakan survey di Yogyakarta dan Solo yang hasilnya begitu mengejutkan, karena hanya 4% orang tua yang mengajarkan kejujuran pada anak-anaknya. Itulah yang akhirnya melahirkan gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi atau SPAK”, kata Sukarno, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Tegal, di awal sambutannya membuka Sosialisasi SPAK di Aula Al Iklhas, pada Kamis (04/4).

Sosialisasi SPAK yang merupakan kegiatan DWP Kemenag Kabupaten Tegal, yang diketuai oleh Hj. Isni Kholiyati Sukarno, merupakan wujud konkrit komitmen dari para istri ASN di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tegal untuk berani memerangi segala tindak koruptif. Dengan kegiatan ini diharapkan para istri ASN mampu menjadi tulang punggung dalam keluarga untuk menjadi pendidik anti korupsi.

“Kita para istri ASN di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tegal sangat berkomitmen untuk mendidik anak-anak sejak dini agar mereka menghindari, dan juga memerangi perilaku koruptif. Mari kita tangkal perilaku koruptif dengan lebih mengedepankan penanaman dan praktek kejujuran dalam rumah tangga”, ajak Hj. Isni Kholiyati Sukarno, dalam laporannya sebagai Ketua Panitia Kegiatan Sosialisasi SPAK.

 Di akhir sambutan pembukannya, Sukarno mengajak Ibu-ibu Darma Wanita Persatuan Kemenag Kab. Tegal, untuk tidak hanya mendidik anak-anak anti korupsi, tetapi juga menjadi pendamping setia dan pendorong suami yang bekerja.

“Saya sangat yakin, seorang istri bisa mendampingi suaminya sampai pada keberhasilan, tetapi seorang istri juga bisa membawa suami dan keluarganya pada kehancuran. Dukung dan berikan kepercayaan kepada suami untuk bekerja dengan baik, dan terima penghasilannya dengan penuh syukur. Jangan menuntut suami untuk mendapatkan penghasilannya besar di luar kemampuan, karena tuntutan seperti itulah yang bisa menimbulkan keinginan untuk berbuat koruptif di tempat kerjanya”, harapan Sukarno menutup sambutannya. (AS/Wul)