Ibadah Sholat Adalah Karunia Bukan Beban

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Salatiga — Dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, Seksi Kerohanian Islam (SKI) OSIS SMK Negeri 1 Salatiga menyelenggarakan Kegiatan Peningkatan Pendidikan Karakter melalui Peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW,  Jum'at (05/03). Kegiatan yang diadakan di Aula SMK Negeri 1 Salatiga tersebut diikuti siswa siswi muslim secara daring via youtube dan guru/karyawan secara luring. Hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga, H. Taufiqur Rahman sebagai pemateri, Kepala SMK Negeri 1 Salatiga, H. Sriyanto didampingi Pembina SKI, H Untoro. (Humas/Fitri-Khusnul).

Dalam sambutannya, Sriyanto mengucapkan selamat datang kepada Kakankemenag dan berharap apa yang disampaikan nanti dapat menyiram qolbu para guru/murid SMK N 1 Salatiga yang haus akan nilai religi dan keislaman. “Mari kita simak bersama ceramah yang akan disampaikan Kakankemenag. Semoga niat kita untuk mencari ilmu, amal ibadah dan kebaikan yang kita lakukan mendapat limpahan rahmat Allah SWT.” Harap Sriyanto.

Pada kesempatan yang sama, Kakankemenag sebelum memasuki materi menyampaikan bahwa merupakan suatu kehormatan bisa bersilaturahim dengan keluarga besar SMKN 1 Salatiga. Kemudian beliau menyampaikan materi terkait Isra' Mi'raj. Dikatakannya, Isra’ Mi’raj meskipun rutin dilaksanakan setiap tahun tapi tetap saja menjadi peristiwa besar yang tidak mampu ditangkap oleh akal manusia. Memahami Isra’ Mi’raj harus menggunakan pendekatan keimanan karena bagaimanapun manusia tidak bisa menjabarkan secara detail perjalanan Isra’ Mi’raj  Rasulullah SAW.

“Jika seandainya kecepatan Buraq diambil serendah-rendahnya setara dengan perbandingan kecepatan elektris saja: 300.000 kilometer per detik, maka jarak anatara Masjidil Haram di Mekkah dengan Masjidil Aqsha di Palestina yang berjarak 1.500 kilometer, paling tidak memakan waktu 1/200 detik. Sedang jarak antara Palestina ke Sidratul Muntaha tidak bisa diukur lagi. Untuk memahami ini semua, kita harus menggunakan pendekatan keimanan, karena akal manusia tidak bisa menangkapnya.”  Jelas Taufiq.

“Kalo memakai teori penerbangan ada departure, transit dan destination yang menjadi titik arrival. Titik keberangkatan masjidil haram, transit di yatsrib, gunung tursina, baitullah  dan baitul maqdis. Di titik keberangkatan, transit dan kedatangan Rasulullah melakukan sholat.” tambahnya.

Lebih lanjut disampaikannya pula, dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad menerima perintah sholat berkali-kali yang semula 50 kali sehari menjadi lima waktu sehari. Peringatan Isra’ Mi’raj ini sebaiknya dimaknai memperbaiki kualitas sholat kita sebagai bentuk hubungan langsung dengan Sang Maha Pencipta

Di akhir materi, beliau berpesan kepada semua yang hadir untuk tidak meninggalkan ibadah sholat karena sholat adalah tiang agama dan karunia yang harus disyukuri.  Kemudian di masa pandemi ini, Kakankemenag juga berpesan kepada para guru dan murid untuk tetap produktif melaksanakan kegiatan yang bermanfaat dan tetap memperhatikan kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan covid-19. (Humas/Fitri-Khusnul)