Tema Moderasi Beragama Antarkan Fahimi Juara I Kepala MI Berprestasi

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Ahmad Fahimi sama sekali tidak menyangka akan berhasil meraih juara I Kepala MI Berprestasi tingkat Nasional. Pria kelahiran Banyuwangi, 12 Juni 1978 ini sama sekali tidak pernah di tingkat Kabupaten, bahkan nasional.

Pantas saja, pada malam penganugerahan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi yang dihelat oleh Ditjen Pendis Kementerian Agama RI, pria yang akrab disapa Fahimi ini merasa kaget. Lantaran menurutnya, persiapannya yang tidak cukup waktu dan kurang maksimal.

Terlebih, Fahimi jarang mengikuti lomba guru berprestasi. Kesibukannya sebagai Kepala MI Darus Sholeh, Desa Karanglincak, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang membuat Fahimi tidak sempat mengikuti kompetisi terkait madrasah. Maklum, MI Darus Sholeh boleh dibilang masih belia, sehingga membutuhkan konsentrasi khusus untuk mengembangkannya.

“Saya itu tidak pernah ikut lomba mbak. Saya fokus mengajar dan membesarkan madrasah,” kata Fahimi yang menaku sudah mulai merintis MI Darus Sholeh sejak tahun 2003.

Hingga pada awal bulan Oktober 2021, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang mendorong beberapa guru tingkat MI hingga MA, hingga terpilih lima guru yang lolos tahap I. Namun yang berhasil lolos ke babak grand final hanya Ahmad Fahimi.

“Begitu membaca pengumuman saya berhasil masuk grand final, saya dengan bantuan beberapa teman-teman langsung menyiapkan beberapa berkas. Seperti konten video profil, video dukungan booklet, dan lainnya. Alhamdulillah walaupun waktunya sangat mepet saya bisa menyelesaikannya,” ungkap Fahimi.

Dan keajaiban datang ketika Malam Pengaugerahan GTK Berprestasi yang digelar di Jakarta 30 November 2021. Fahimi benar-benar tidak menyangka bakal menyandang juara I kategori Kepala MI berprestasi.

Menurut Fahimi, mungkin berkat doa-doa yang dipanjatkan oleh semua keluarga besar Kemenag Kabupaten Rembang dan pihak-pihak terkait lainnya seperti Bupati Rembang, Wakil Gubernur Jateng, Gus Ghofur Maimun Zubair, hingga Rektor Unipdu Jombang, KH Zulfikar As’ad. 

“Rasa syukur yang mendalam saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Juga terima kasih kepada segenap pihak yang mendukung saya. Saya sadar bahwa kemenangan ini adalah kemenangan tim, bukan semata-mata karena kemampuan saya pribadi, tetapi atas bantuan, dukungan dan dorongan semua pihak,” ungkap Fahimi.

Nilai plus

Prestasi Fahimi tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarga besar Kementerian Agama Kabupaten Rembang. Kakankemenag Kabupaten Rembang, M. Fatah menyampaikan selamat atas diraihnya kejuaraan ini. Menurutnya, Fahimi adalah intan yang tersembunyi di sekian madrasah di Rembang. Fatah yakin, masih banyak guru-guru lain yang mempunyai potensi lebih.

“Kabarnya Pak Fahimi mampu menjawab pertanyaan dari dewan juri dai Australia dengan Bahasa Inggris. Ini nilai plus tersendiri. Selain itu, tema yang diusung sangat menarik, yaitu tentang moderasi beragama. Mungkin ini yang mengantarkan Bapak Fahimi menjadi juara I,” kata Fatah menganalisa.

Usung Moderasi Beragama

Tema yang diusung Fahimi dalam kompetisi ini adalam ‘Membumikan Moderasi Beragama melalui Thoriqoh untuk Mengkal Radikalisasi di kalangan Guru Madrasah’. Fahimi sengaja mengusung tema ini karena moderasi beragama tengah digencarkan oleh pemerintah.

“Kebetulan bapak mertua saya, KH Abdur Rozaq Imam, seorang muqoddam / mursyid Thoriqoh Tijaniyah. Guru-guru saya sarankan untuk mengikuti ajaran thoriqoh tersebut. Dengan thoriqoh tersebut, diharapkan guru-guru tersebut mempunyai karakter yang istikamah dan disiplin serta menyeimbangkan antara syariat dan hakikat. Selanjutkan diharapkan para guru dapat mengamalkan nilai-nilai moderasi dalam beragama,” papar Fahimi.

Fahimi mengatakan, setelah mengajak guru-guru MI Darus Sholeh mengamalkan dzikir dan ajaran thoriqoh tijaniyah selama kurang lebih 5 bulan, telah terlihat perbedaan yang signifikan dari karakter para guru, khususnya dalam hal kedisiplinan waktu.

“Memang pengamal thoriqoh Tijaniyah  dituntut untuk disiplin dalam pemanfaatakan waktu, mengingat amalan dzikir pagi harus dibaca sebelum matahari terbit. Selanjutnya terlihat sekali perubahan sikap guru dalam mendidik murid, para guru semakin sabar dan tidak banyak mengeluh,” sambung Fahimi.

Fahimi berharap, ajaran thoriqoh akan semakin meningkatkan keimanan, keistiqomahan, kedisiplinan serta kesabaran para guru dalam mendidik siswa di madrasah. “Dan yang lebih penting adalah adanya sikap Moderat dalam mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan ajaran thoriqoh,” ungkapnya. — kontributor