Ngajar Ngaji Itu Tidak Harus di Pesantren

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Diantara tugas pokok dan fungsi Penyuluh Agama di bawah Naungan Kementerian Agama Republik Indonesia mempunyai (Kemenag RI) memiliki empat fungsi atau tugas utama yakni edukatif, informatif, konsultitatif  dan perlindungan masyarakat. (uninus.ac.id). Adapun dalam melaksanakan tugas utamanya  Penyuluh harus mampu untuk berkreasi dan berinovasi dalam mendidik (mengedukasi), menyampaikan informasi (informatif ), memberikan pelayanan konsultasi baik perorangan maupun kelompok (konsultatif) dan perlindungan masyarakat tersebut bisa diterima oleh masyarakat dalam berbagai kalangan, dan pesan-pesan pemerintah khususnya Kementerian Agama yang diinformasikan kepada masyarakat harus disampaikan dengan bahasa agama yang mudah diterima oleh masyarakat.

Muhammad Mawardi, S Ag, M.Pd, yang biasa disapa dengan sapaan kang Mawardi adalah salah satu Penyuluh Agama Islam Non PNS yang bertugas di wilayah KUA Kecamatan. Bulakamba Kabupaten Brebes. Beliau mempunyai metode dakwah bil-mauidzhatun hasanah dengan inovasinya yang bisa dicontoh oleh kita.

Beliau mengembangkan dakwahnya bukan hanya di majelis ta’lim atau kelompok jamiyah saja, tapi juga mempunyai kelompok pengajian yang dibilang cukup unikBerawal dari kegema. ranya bersilaturrahim kesana-kemari baik itu keteman sekolah, teman tempo dulu maupun teman lingkup lainya, disela-sela obrolanya biasanya beliau suka menyelipkan ajaran Aqoid 50 tanpa yang diajak bicara merasa bahwa beliau sedang menyampaikan tentang ilmu Aqidah dan ilmu-ilmu agama lainya.

Hingga ketika teman-temanya dirasa sudah merasa nyaman ketika ngobrol tentang ilmu agama, beliaupun mulai menghimpun mereka dalam suatu wadah kajian kitab Aqidatul Awam, Sulamuttaufiq dan kitab-kitab lainya. Pengajianya semacam ini dimulai pada tahun 2019, adapun anggotanya direkrut dari teman-temanya yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sebagian ada yang sudah rajin sholat, sebagian ada yang pernah mengalami masa lalu kelam. Tak jarang yang ikut dalaam pengajianya adalah mantan para pemabok serta para preman dan bahkan ada yang pernah berprofesi sebagai pembunuh bayaran.

Adapun kelompok pengajian baru yang beliau asuh beliau beri nama kelompok pengajian “Nyewu Sholawat” Lalu bagaimana beliau mengelola dan merawatnya? Menurut beliau berdakwah itu harus luwes, harus punya seni, sabar dan rela berkorban agar kegiatan dakwah dapat tepat sasaran.

Al Quran telah menunjukkan kaidah-kaidah tentang hal tersebut, seperti  dalam surah an-Nahl ayat ke-125. Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Tiga kaidah dalam berdakwah itu adalah: (1) al hikmah (hikmah); (2) al mau’izah al hasanah (pelajaran yang baik), dan (3) al mujadalah billati hiya ahsan (mendebat dengan cara yang baik). Dakwah bil hikmah berarti menyampaikan dakwah dengan terlebih dulu mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar dan mendalam orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya. Dakwah bilmau’izah hasanah, berarti memberi kepuasan kepada jiwa seseorang atau komunitas yang menjadi sasaran dakwah. Hal itu dengan cara-cara yang baik, seperti memberi nasihat, pengajaran, serta teladan yang positif. Sementara itu, dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah dakwah yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran (dialog), sesuai kondisi masyarakat setempat tanpa melukai perasaan mereka.

Cara merawat dan mengelola kelompok binaan yang dimulai sejak tahun 2019 tersebut dengan cara bersilaturrahmi ke teman-temanya dengan melakukan obrolan santai yang tidak terkesan menggurui dan biasanya beliau menyarankan kepada teman-temanya untuk melanggengkan amalan khusus membaca sholawat Jibril seribu kali dalam sehari, Kemudian beliau  mengadakan program  Ziarah kemakam para aulia washolihin wilayah Brebes dan melakukan pengajian Aqoid 50 sambil ngopi-udud bareng.

Dengan seringnya kang Mawardi mengajak ngobrol, ngopi bareng dan mengadakan ziarah ke makam-makam orang shaleh sambil di isi dengan pengajian Aqoid serta pembacaan sholawat Nabi Muhammad SAW 100 kali dan doa bersama yang penyampaianya  terkesan santai, dan menyenangkan tersebut akhirnya mampu mengubah prilaku anggotanya yang tadinya mempunyai masa lalu kelam menjadi mau berubah dan bertobat serta lebih mendekatan diri  kepada Allah SWT sehingga prilaku mereka menjadi baik

Akhirnya semoga metode dakwah beliau  bertambah kemanfaatanya dan  mampu menjadi inspirasi bagi kita dalam berdakwah.

Penulis: Dwiningsih,S. Ag (PAIF Kec. Bulakamba Kab. Brebes)/Sua