Filosofi Ketupat Indentik Dengan Lebaran

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang (Umas)-Ketupat menjadi salah satu tradisi unik peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia.Tradisi lebaran ketupat atau yang biasa disebut syawalan merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat idul fitri dan bakda ketupat yang berarti perayaan satu minggu setelahnya.

Jika dikupas, filosofi ketupat dari bahasa Jawa yang berarti yang berarti jarwo doso (ngaku lepat) atau mengaku bersalah. Lalu janurnya disebut janur jatining nur atau hati nurani sementara beras ( isi ketupat) melambangkan nafsu dunia hal ini disampaikan Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Musta’in Ahmad dihadapan ASN dan Non ASN dalam mempimpin apel perdana usai cuti lebaran Senin, (9/4) di Halaman Kantor.

“Kita dapat inspirasi yang luar biasa, karena biasanya kita sulit untuk mengakui kesalahan, tetapi setidaknya 1 syawal kemarin kita semua sanggup mengakui salah yang telah kita lakukan selama ini ,” kata Musta’in.

Musta’in juga menambahkan kupat atau ketupat juga mempunyai makna laku papat pertama lebaran, kedua luberan, ketiga leburan, keempat laburan.

“Lebaran Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa,”

“Luberan Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah,”

“Leburan sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain,”

“Laburan Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya,” tambahnya.(rf/rf).