Workshop Peningkatan Kapasitas GPAI SMP Kota Semarang

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Kota Semarang bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, menggelar workshop selama 3 hari (6-8 Juli 2022) di ruang pelatihan Kampus I UIN Walisongo Semarang.

Dengan mengusung tema “Karya Pengabdian Dosen dalam Mengimplementasian Kebijakan Merdeka Belajar pada Mata Pelajaran PAI”, workshop diikuti oleh seluruh Guru PAI (GPAI) SMP se-Kota Semarang.

H.M. Faojin Pengawas PAI Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Semarang, dalam workshop tersebut bertindak sebagai salah satu narasukmber. Dalam materinya, ia menyampaikan 3 kunci sukses dalam mewujudkan Kurikulum Merdeka. “Guna mewujudkan Kurikulum Merdeka dapat dilakukan dengan cara Mandiri Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi,” tuturnya.

“Apapun kurikulum yang akan diterapkan di sekolah, dengan tulus hati kita harus terus meningkatkan kompetensi diri demi memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna sesuai dengan tahap perkembangan siswa kita,” pesannya.

Menurutnya, Kurikulum Merdeka Belajar adalah kebijakan pengembangan pendidikan guna menyesuaikan dengan perkembangan zaman, yang dikeluarkan oleh Kemdikbudristekdikti untuk pembelajaran peserta didik di sekolah. “Kebijakan Merdeka Belajar menjadi langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila,” ujarnya.

“Kurikulum ini juga dikenal dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi,” sambungnya.

Ia pun menerangkan, dalam kurikulum merdeka belajar, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. “Guru juga bisa membuat projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah,” terangnya.

“Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran,” imbuhnya. Yang tidak kalah penting, menurutnya, sekolah harus membantu SDM Guru.Terkait dengan kurikulum ini, sekolah atau lembaga pelaksana memiliki peranan untuk membuat sebuah rencana baik jangka pendek maupun jangka panjang. “Dalam jangka pendek, sekolah dituntut untuk membantu sumber daya yang dimilikinya. Salah satunya dengan memberikan berbagai pelatihan bagi para guru. Pelatihan tersebut mulai dari tingkat pemahaman terhadap kurikulum, konsep dan juga tahap implementasinya, termasuk adanya sebuah praktik nyata yang dilaksanakan oleh guru. Sehingga bukan hanya pengetahuan saja yang menjadi output, namun juga pemahaman aplikatif,” tandasnya.(Faojin/NBA/bd)