Dialog Interaktif, Serba Serbi Implementasi Kurikulum Merdeka PAI

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Mungkid – Pemerintah telah mengeluarkan instruksi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Pengelolaan IKM pada Pendidikan Agama Islam dibahas dalam Dialog Interaktif Jamus Gemilang (Jagongan lan Musyawarah) yang diselenggarakan secara  live streaming dari 96.8 FM Radio Gemilang pada hari Rabu, (14/09/2022).

Hadir dalam kegiatan tersebut sebagai narasumber, Fauzi Nurhadi, Kasi Pendidikan Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magelang dan Danis Isrowati, Guru Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri 1 Muntilan magelang.

“Kurikulum merdeka disiapkan untuk menjawab tantangan jaman, jangan sampai kita apriori dengan kurikulum merdeka,” ungkap Fauzi.

Danis menyampaikan didalam kurikulum merdeka terdapat 3 model atau kategori sekolah dalam penerapan implementasi kurikulum merdeka, yaitu sekolah penggerak, sekolah mandiri dan sekolah model.

Muncul beberapa pertanyaan dari audience maupun dari moderator terkait perbedaan dan perubahan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka. “Perbedaan dari kurikulum sebelumnya dengan kurikulum merdeka diantaranya, struktur kurikulum merdeka lebih fleksibel, jam pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam setahun, fokus pada materi esensial, capaian pembelajaran diatur perfase bukan pertahun,” ungkap Danis.

Implementasi Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pengajar untuk menggunakan perangkat ajar sesuai kebutuhan peserta didik. IKM menggunakan aplikasi berbagai referensi bagi pengajar yang dapat dikembangkan dalam praktek belajar mandiri seperti platform merdeka belajar.

Kurikulum merdeka dituntut untuk bisa mengkondisikan peserta didik dari ruang belajar selama pandemi yang merupakan kondisi tidak wajar karena pembelajaran masa pandemi. Kurikulum merdeka akan membantu kembali ke kondisi yang ideal dalam pembelajaran. Dibutuhkan banyak inovasi serta berbagai teknik pembelajaran menghadapi peserta didik.

“Guru harus memiliki peta gaya belajar peserta didik untuk memaksimalkan pelayanan pembelajaran,” ungkap Denis. Dalam kurikulum merdeka ada pelayanan diferensiasi belajar dalam proses belajar, penilaian dan produk dari proses belajar. Pengajar harus siap dengan kondisi anak yg berbeda beda. “Kedepannya kemampuan audio, kinestetik dan visual peserta didik perlu di petakan dan dikembangkan sesuai dengan fase,” imbuhnya.

Kurikulum merdeka berawal dari ajaran Ki Hajar Dewantara, bagaimana mengajar seperti filosofi menanam bibit, harus bisa tumbuh dan berkembang sampai nanti membuahkan kebaikan-kebaikan dalam masyarakat. “Inti dari menyambut perubahan kurikulum merdeka jangan takut berubah, jangan takut untuk belajar. Pengajar terbaik adalah pengajar yang mau belajar,” ucap Danis memberikan tips bagi pengajar.

Pembelajaran kurikulum merdeka dibutuhkan diagnosa awal atau screening, assessment awal dalam mengenali permasalahan yang dihadapi peserta didik agar lebih spesifik, menyiapkan pembelajaran, menyiapkan refleksi dan assessment. Spesifikasi di kurukulum merdeka lebih spesifik pada permasalahan peserta didik.

Dalam kesempatan Jamus, Narasumber menyampaikan harapannya. “Ketika peserta didik mampu menguasai knowledge, pemahaman kuat, amaliyah kuat, yang harus kuat selanjutnya yaitu penanaman moderasi beragama dalam pembentukan karakter. Hal tersebut sangat penting untuk penerapan dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam,” harap Fauzi.

Sedangkan Danis menyampaikan harapannya untuk pengajar khususnya. “Pengajar harus bersama-sama saling kolaborasi dengan teman sejawat. Ada komunitas belajar para pengajar untuk kompak dan saling bertukar ilmu dalam menyongsong kurikulum merdeka,” kata Beliau.(FS/Sua)