Kakanwil Perkuat Moderasi Beragama di Kelompok Kerja Penyuluh Agama Islam

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang (Humas) – Bidang Penaiszawa Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Penguatan Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama Islam, Rabu, (29/3) di Hotel Metro Park View Semarang.

Kakanwil Kemenag Prov. Jateng, Musta’in Ahmad saat membuka acara meminta seluruh peserta untuk menganalogikan sebuah pohon besar dengan 3 akar kuat dan 4 cabang dengan daun yang lebat. Pohon besar itu digambarkan sebagai Moderasi. Ketiga akar kuat tersebut digambarkan sebagai akhlak, di sisi kanan, aqidah sebagai akar tengah dan syariah sebagai akar kanan. Kemudian, 4 cabang yang lain merupakan indikasi religiusitas moderat. Indikatornya adalah komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan terhadap tradisi.

“Kami menemukan bahwa ada sekelompok orang yang mempromosikan syariah tanpa memperhatikan moralitas. Di sisi lain, ada juga sekelompok orang yang mengemborkan moralitas tetapi tanpa syariah. Artinya kita harus kembali ke pohon besar Moderasi sebagai pemahaman Tawasut dalam beragama,” kata Musta’in.

Kakanwil menyampaikan bahwa moderat adalah sikap menerima tradisi, yakni ramah kepada tradisi dan budaya lokal dalam perilaku beragamanya selama tidak bertentangan dengan ajaran pokok agama.

Sejumlah 70 orang penyuluh agama baik fungsional maupun relawan dari berbagai daerah/kota di Jawa Tengah hadir pada kegiatan ini. Selama 3 hari kedepan, peserta akan dibekali materi dari narasumber yang kompeten. Diantaranya Kanwil Kemenag, Majelis Masjid Indonesia, Kesbangpol, Pimpinan Wilayah NU dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.

Ahmad Syalabi selaku ketua panitia, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat kapasitas dewan dalam menjaga kehidupan bangsa. Oleh karena itu, tenaga penyuluh memiliki tanggung jawab terhadap kerukunan umat beragama di negeri ini.

“Beban moral dewan sekarang begitu berat. Selain berpartisipasi di dunia nyata, ada tantangan tersendiri di dunia maya. Jangan biarkan anti moderasi menguasai dunia media online. Penyuluh perlu menyeimbangkannya agar masyarakat bisa mendapatkan pencerahan,” ujar Syalabi.(Sua/Rf)