KOTA PEKALONGAN – Limbah industri batik dan rumah tangga di aliran sejumlah sungai yang membelah Kota Pekalongan semakin parah. Hal ini menjadi perhatian serius bagi semua kalangan. Salah satunya, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia Yogyakarta yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pekalongan melalui melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) , Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan melibatkan experts dari Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI),  satu-satunya lembaga berorientasi penelitian profesional untuk tenaga nuklir di Korea Selatan, dan telah dengan cepat membangun reputasi untuk penelitian dan pengembangan di berbagai bidang. Kerjasama ini untuk menemukan solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan pengolahan  limbah di Kota Pekalongan. Hal ini terungkap dalam acara Experts Mission Program & Workshop Technical Consulting to TreatTextile Wastwater On The Radiation Fusion Technology at Pekalongan City, yang dibuka oleh Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, berlangsung di Ruang Buketan Setda Kota Pekalongan. Rabu (11/1/2023).
Walikota Aaf, sapaan akrabnya menyampaikan bahwa, awalnya program penelitian ini berawal dari Pemerintah Kota Pekalongan bekerjasama dengan Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia Yogyakarta. Kemudian, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia melibatkan BRIN dan KAERI. Pihaknya berharap, permasalahan kompleks dalam pengolahan limbah di Kota Pekalongan yang selama ini belum terpecahkan bisa segera tertangani dengan baik melalui pemanfaatan teknologi nuklir ini. Mengingat, Kota Pekalongan ini sudah menyandang Predikat The World’s City of Batik dengan harapan usaha batiknya tetap berjalan, limbahnya pun bisa terkelola baik dan tidak mencemari lingkungan.
“Tidak hanya limbah batik saja tetapi juga ada yang berasal dari industri tekstil sablon dan jeans. Dengan adanya kerjasama ini, permasalahan kompleks bisa sama-sama segera dikerjakan untuk mengatasi permasalahan limbah yang ada,” ucap Aaf.
Menurutnya, dalam proses pengambilan sampel dengan pemanfaatan teknologi nuklir ini, dari hasil uji air limbah yang diambil di Kota Pekalongan masih ramah lingkungan, bahkan mikroorganisme masih bisa hidup. Setelah melalui beberapa tahap ujicoba, air itu juga sudah bebas kuman dan layak minum. Aaf menegaskan, keberhasilan program penelitian ini akan berjalan dengan baik apabila didukung peran semua pihak, baik pemerintah daerah, akademisi, pengusaha hingga masyarakat.
“Kami juga sudah sampaikan permasalahan-permasalahan kompleksnya bahwa, ini juga perlu didukung dari pemerintah daerah tetangga, karena sungai di Kota Pekalongan hulunya ada di Kabupaten Pekalongan dan hilirnya di Kota Pekalongan. Jumlah pengusaha batik, jeans, sablon antara dua daerah ini juga hampir sama. Mudah-mudahan ikhtiar kita bersama dalam mempertahankan predikat Kota Pekalongan sebagai The World’s City of Batik bisa lengkap mulai dari melestarikan budaya batik, peran semua pihak dalam mengatasi limbah yang dihasilkan juga harus dipikirkan bersama agar tidak mencemari lingkungan sekitar,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia, Zainal Arief menerangkan bahwa, saat ini masih dalam tahap penelitian, dimana Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia telah bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pekalongan sejak Tahun 2021 dengan mengambil sampel limbah dari sejumlah pengusaha industri batik  yang ada di Kota Pekalongan, kemudian sampel itu dilakukan treatment dengan teknologi gama, suatu bentuk radiasi dan diuji di laboratorium.
“Ada satu mikroorganisme yang dimasukkan ke dalam air limbah yang sudah dilakukan treatment tadi masih bisa hidup. Hal ini menandakan ada progress perbaikan dari sisi  limbah tersebut,” ujar Arief.
Lanjut Arief, kemudian dari sampel uji coba tersebut juga masih dalam penelitian dan dibandingkan dengan pemanfaatan teknologi dari KAERI untuk pengolahan limbah melalui teknologi elektronbin, pancaran elektron pada limbah tersebut. Dari hasil pancaran itu bisa menurunkan kadar polusi sehingga nantinya akan ditemukan solusi yang tepat untuk diterapkan dalam pengolahan limbah di Kota Pekalongan baik dari segi pemanfaatan teknologi, ekonomis dan skill up. Arief berharap, kerjasama penelitian ini menjadi suatu pilot project nasional.
“Di tahun 2021 sudah selesai, kemudian di tahun 2023 ini kita bandingkan dengan kerjasama KAERI. Setelah paparan, kami bersama BRIN dan KAERI serta Pemkot akan melakukan kunjungan ke beberapa pengusaha batik di wilayah Kota Pekalongan untuk melakukan uji coba skala laboratorium, dari hasil itu akan menemukan sejumlah rekomendasi dari segi akademisi, pemanfaatan teknologi, feasibility study (studi kelayakan) yang tepat untuk diterapkan di Kota Pekalongan. Sehingga, batiknya tetap lestari, alamnya terlindungi bisa diwujudkan.” tandasnya. (DIAN/ANT/bd).