Guru PAI Harus Aktif dan Kreatif

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Pengawas PAI Kankemenag Kota Semarang, H.M. Faojin, Rabu (8/2/23) mengunjungi SMAN 11 Semarang, untuk memberikan pembinaan kepada GPAI yang bertugas di sekolah tersebut.

Pada kunjungannya itu, H.M. Faojin disambut langsung oleh Kepala Sekolah, Ibu RR. Tri Widiastuti di ruang kerjanya, yang didampingi GPAI setempat, Maftuhin.

H.M. Faojin mengatakan, dalam kurikulum Merdeka, GPAI memiliki peran yang cukup penting. “Pada kurikulum Merdeka, GPAI memiliki peran yang sangat esensial dalam menanamkan nilai spiritual dan nilai-nilai sosial yang lebih membudaya dalam kehidupan siswa,” tuturnya.

Ia menuturkan, tantangan tersendiri bagi GPAI dalam menanamkan nilai-nilai tersebut di era digiltalisasi. “Seiring dengan perkembangan Iptek melalui digitalisasi yang sangat deras, menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan,” ujarnya.

“Guru Pendidikan Agama Islam haruslah aktif dan kreatif dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga lebih menarik minat siswa dalam mengembangkan diri, membangun sikap religius yang lebih membudaya,” sambungnya.

Menurutnya, pada umumnya, siswa dalam menjalankan aktivitas ibadah seperti salat, masih sebatas mengikuti aturan saja, belum sampai pada tumbuhnya kesadaran dalam menjalankan perintah agama. Begitu pula nilai sosial siswa yang cenderung negatif pada sikap, ucapan dan perbuatan sehari-hari sehingga seringkali siswa berbicara kotor kepada temannya.

“Produktivitas GPAI dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting terutama pada proses pendidikan agama di sekolah umum,” ungkapnya.

Ia menyampaikan, sekolah negeri memiliki fasilitas yang sangat memadai untuk bisa dimanfaatkan dalan pembelajaran yang produktif.

Ia berujar, GPAI memiliki kesempatan yang sama dalam mendukung program sekolah adwiyata terutama pembelajaran PAI yang berbasis lingkungan sesuai dengan KD.

“Guru PAI harus mampu mengaktifkan KD untuk berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang lain, sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai dukung dalam pengembangan sekolah Adiwiyata,” katanya.

“Dalam penyampaian materi pembelajaran, seorang guru PAI juga diharapkan dapat memberikan pendidikan yang menyenangkan. Peserta didik harus selalu dalam kondisi yang senang dan bahagia dalam pembelajaran, artinya guru agama harus menerapkan nilai kebahagiaan, sehingga dengan demikian peserta didik akan merasakan nyaman dalam belajar,” imbaunya.

Selain itu, H.M. Faojin mengungkapkan, Kurikulum merdeka lebih fleksibel, fokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. “Pembelajaran pada kurikulum merdeka ini berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Selain itu fokus kepada materi esensial, sehingga ada waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar antara lain, literasi dan numerasi.

“Jadi pada kurikulum merdeka ini diharapkan tidak hanya berubah di sisi hilirnya saja, tetapi harus berpijak pada esensinya/hulunya,” terang H.M Faojin.

“Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai kemampuan peserta didik,” pungkasnya.

Pada bagian lain, Ibu RR. Triwidyasturi menerangkan, SMAN 11 merupakan sekolah adiwiyata mandiri yang sangat produktif dalam pengembangan pendidikan berwawasan lingkungan. (Tangguh Adiwiyata Teduh/NBA/bd)