Gus Mus dan Cak Nun Beri Wejangan kepada Santri

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Peringatan Hari Santri di Rembang menjadi momen yang istimewa. Minggu (23/10) malam, Komunitas Obrolan Santri bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang menggelar diskusi kebangsaan yang menghadirkan ulama dan tokoh terkemuka, yaitu KH Ahmad Mustofa Bisri, Emha Ainun Najib bersama Kyai Kanjengnya, Habib Anis Sholeh Ba’asyin, dan KH Abdul Ghofur Maemun Zubair.

Acara yang berlangsung di alun-alun kota Rembang ini dihadiri oleh ribuan santri dari kota Rembang dan sekitarnya. Turut hadir pula Bupati Rembang, Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Rembang Bayu Andrianto. Selain itu juga Kakankemenag Kabupaten Rembang, sejumlah pejabat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya. Acara tersebut berlangsung gayeng dan melibatkan peserta untuk berdialog.

Kepada para santri, Cak Nun mengungkapkan berapa beruntungnya para santri era sekarang. “Santri harus merasa beruntung, sebab menjadi pengikut Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw yang akan menyelamatkan kita kelak di hari kiamat,” ujarnya.

Cak Nun pun berpesan kepada santri untuk bersungguh-sungguh menempa ilmu di pesantren. ”Santri harus rajin, mandiri, dan disiplin. Konsisten menghafalkan nadzam, dan taat kepada guru karena Allah,” ujarnya lanjut.

Cak Nun berharap, jumlah santri tidak akan berkurang. Sebab santri adalah kekasih Allah. “Mau menjadi santri berarti mau menjadi kekasih Allah. Semoga santri tidak semakin berkurang. Jika berkurang, maka akan berkurang pula kekasih Allah,” sambungnya.

Sementara Gus Mus menyampaikan wejangan kepada santri untuk mengikuti jejak para santri terdahulu. “Santri tidak usah menonjol-nonjolkan dan mengungkitkan jasa-jasa santri di waktu kemerdekaan dulu. Yang terpenting adalah bagaimana kita santri sekarang mengikuti perilaku mereka, yaitu selalu tawadlu, mandiri, gemar tirakat, dan tidak kemlithi,” ungkapnya.

Bupati yang juga turut memberikan sambutan mengatakan, santri mempunyai kultur budaya yang unik, yaitu ramah, sederhana, senang membantu sesama, selalu membrikn toleransi kepada kelompok lainnya. “Inilah yang dinamakan Islam rahmatan lil ‘alamin Islam Nusantara,” ujarnya.

Sebelum dialog berlangsung, diadakan acara istighosah bersama dan parade 1000 rebana, serta pertunjukan wayang kulit. Pada pagi harinya, juga diadakan kirab 1000 bendera merah putih yang diikuti pula oleh ribuan santri dari seluruh kecamatan di Rembang.

Kirab tersebut berlangsung dengan meriah. Dengan mengambil start di alun-alun, peserta kirab melakukan longmarch sekitar 6 kilometer dan mengambil finish kembali di alun-alun. Kirab Merah Putih yang dilepas langsung oleh Bupati ini mengambil tema ‘Merajut Kebhinnekaan dan Kedaulatan Indonesia’.— (Shofatus Shodiqoh/gt)