Demak – Hari Raya Idul Fitri hari ini telah memasuki hari ke-6. Salah satu tradisi yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia terkait hal itu yakni halal bihalal. Momen ini selalu digunakan untuk saling bermaafan melebur salah paham antara sesama dengan kegiatan bersilaturahmi.
Biasanya halal bihalal diisi dengan kegiatan positif seperti berkunjung ke rumah keluarga, reuni atau makan-makan. Tradisi ini sering dilakukan mulai dari lingkup kecil seperti keluarga, tingkat RT, desa, kantor bahkan instansi resmi pemerintah. Intinya halal bihalal sudah menjadi tradisi yang bernuansa religius sosial di Indonesia.
Tidak terkecuali hari ini Selasa (18/05/2021) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah juga menyelenggarakan kegiatan halal bihalal. Namun karena suasan masih pandemi Covid-19, acara dikemas dalam bentuk virtual untuk menghindari kerumunan banyak orang.
Acara dimulai sekitar 08.15 WIB dipimpin langsung oleh Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jateng, H. Musta’in Ahmad didampingi oleh Kepala Bagian (Kabag) TU, para Kepala Bidang dan para Pembimas serta diikuti secara virtual oleh Kepala Kankemenag Kabupaten / Kota, Kepala MAN dan MTsN se-Jawa Tengah.
Diawal sambutan H. Musta’in mengupas sejarah munculnya istilah “halal bihalal”. Yang menurut hasil penulusurannya, istilah itu merupakan hasil kreasi dan kolaborasi antara KH. Abdul Wahab Chasbullah dan Presiden Sukarno. Adapun maksud dan arti yang ingin dirujuk atas istilah itu adalah masing-masing pribadi saling memberikan kehalalan atas kesalahan-kesalahan yang terlanjur diperbuat, serta mempunyai semangat ingin menyatukan kembali para elit politik yang berseberangan pada masa itu untuk kembali menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.
Sementara itu satu pernyataan menarik yang disampaikan pejabat yang pernah mengenyam pendidikan S2 di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret itu adalah tentang kesejahteraan. Menurutnya kesejahteraan di dunia itu ukurannya adalah seberapa banyak ia memiliki relasi. “ Alangkah bahagianya orang, apabila di semua tempat dan di semua lapisan mempunyai kawan. Sebaliknya betapa menderitanya orang, apabila di semua tempat dan di semua lapisan ia memiliki musuh,” ungkapnya. Hal ini sesuai dengan pepatah, “ seribu kawan masih kurang, satu musuh kebanyakan”.
Kemudian agar jalannya kegiatan halal bihal virtual pagi itu tidak berjalan monoton, maka Kakanwil menyapa dan mempersilahkan para Kepala Kankemenag untuk melaporkan kegiatan Idul fitri di daerahnya masing-masing. (ms)