Cilacap – MTsN Kawunganten (Matsaneka) sedikit berbeda. Saat jam istirahat, sekitar pukul 10.00 WIB puluhan siswa yang biasa mangkal di kantin mendadak berbaris di samping ruang kelasnya masing-masing. Hal ini dilakukan guna mendisiplinkan siswa dalam penampilan rambutnya untuk persiapan melaksanakan penilaian akhir semester (PAS) gasal tahun ini.(05/12)
Sambil bercengkerama, sesekali mereka menunjuk siswa lainnya yang kebetulan lewat. Woi, itu rambutnya sudah panjang, ikut antre sini, ujar salah seorang di antara mereka. Selidik punya selidik, ternyata di samping madrasah tampak dua orang guru sedang memotong dan merapikan rambut dua orang siswa yang sebelumnya tampak panjang. Seorang guru turut berdiri di samping pemangkas rambut itu. Waka Kesiswaan Hendriyanto mengatakan bahwa, saat ini memang sedang diadakan potong rambut massal. “Dulukan kita merazia siswa yang rambutnya panjang, lalu dipotong asal-asalan. Sekarang pola itu enggak dipakai lagi. Sekarang kita datangi setiap kelas untuk dicukur. Kami sudah belajar pada tukang cukur profesional, dan untuk ini siswa tak bayar alias gratis,” ujarnya.
Bagi siswa madrasah, penampilan rapi merupakan salah satu indikator sikap disiplin. Dan salah satu bagian dari kerapian itu adalah menyangkut penampilan dan potongan rambut. Atas pemikiran tersebut, Kepala MTsN Kawunganten mencoba menanamkan sikap disiplin melalui pangkas rambut agar penampilan siswa sesuai standar. Apa yang dilakukan MTsN Kawunganten sekarang, sangat berbeda saat mereka masih menerapkan sistem razia dan potong asal rambut siswa. Kala sistem itu masih berlaku, tak jarang sebagian siswa memilih kabur ketimbang mengikuti aturan madrasah. Sedangkan pada hari ini, justru para siswa menyambut antusias kegiatan tersebut.
Menurutnya, kegiatan pangkas rambut massal siswa MTsN Kawunganten sudah berlangsung sejak Rabu lalu. Namun, karena disesuaikan dengan kondisi madrasah, kegiatan pun dilakukan secara bergantian hingga pada hari ini.
“Kita juga jauh-jauh hari memberitahukan siswa agar mereka yang rambutnya belum rapi segera merapikan rambutnya. Kita berharap mereka bisa berpenampilan rapi, termasuk dalam hal kerapian rambutnya dengan kesadaran sendiri. Sehingga tidak harus selalu diperingati atau bahkan ditegur pihak madrasah,” pungkasnya. Sementara itu, Kepala MTsN Kawunganten, Moh. Wahyudin Prasetyo mengatakan, pihaknya menyambut baik kegiatan tersebut. Menurutnya, untuk menanamkan sikap disiplin itu tidak melulu harus dilakukan dengan cara-cara yang cenderung memberikan sanksi kepada siswanya.
“Kalau seperti ini kan enak, para siswa juga tidak merasa dipaksa. Dan yang lebih penting, untuk menjadi rapi para siswa tidak dipungut biaya, paling tidak dalam hal menata rambut”, tandasnya.
Salah seorang siswa kelas VIIIC, Moh. Ilhamun Karim (17), menyatakan dirinya menyambut baik pangkas rambut massal yang digelar madrasahya itu. “Kalau dulu kan, siswa yang rambutnya tak rapi dirazia dan rambutnya dipotong sembarangan. Tapi sekarang bapak/ibu guru punya cara unik. Tidak harus razia rambut, tapi dengan cukur massal. Tentu saja ini sangat positif, apalagi gratis. Kalau di tukang cukur kan harus bayar sekitar sepuluh ribu untuk potong rambut,” ujarnya. (muslich/bd)