Kota Mungkid – Untuk mendalami dan meningkatkan pemahaman guru diselenggarakan Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka MTSN 2 Magelang dan MTSN 3 Magelang di Aula MTSN 3 Magelang pada hari Selasa dan Rabu tanggal 2-3 Agustus 2022. Workshop dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magelang, Kasi Pendidikan Madrasah, Pengawas Madrasah, Kepala Madrasah MTSN 2 dan MTSN 3, dan seluruh Guru MTsN 2 dan MTsN 3 Magelang.
“Diharapkan guru mampu mengimplementasikan kurikulum merdeka secara maksimal pada pembelajaran di kelas,” ungkap Panut, Kakan Kemenag Kabupaten Magelang dalam pembukaan kegiatan, Selasa, (02/08/2022). Dibutuhkan pemahaman mendalam dan kreativitas tentang kurikulum merdeka sehingga dalam implementasinya bisa berjalan dengan baik dan tepat.
Selain hal tersebut Kakan Kemenag menyampaikan, “Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) hakikinya memberikan fleksibilitas pada satuan kerja untuk melaksanakan kegiatan belajar secara bebas pada siswanya dengan mengedepankan profil pelajar pancasila,” katanya mengharapkan guru lebih bisa ekplorasi dan improvisasi untuk memajukan pendidikan.
“Untuk itu guru harus lebih semangat dalam melaksanakan dan memahami kurikulum merdeka serta tidak apriori,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Muhammad Fathul Mubin selaku Kepala MTsN 3 Magelang menyampaikan bahwa seorang guru penting mengetahui adanya kurikulum merdeka untuk menghadapi perkembangan pendidikan di Indonesia sekarang ini.
MTsN 3 Magelang mengundang Amiroh Ambarwati, trainer dari Balai Diklat Keagamaan Semarang sebagai narasumber workshop Implementasi Kurikulum Merdeka. Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum sebelumnya (K-13) yakni adanya pengembangan profil pelajar Pancasila. “Proyek penguatan profil pelajar pancasila berfungsi untuk pengayaan wawasan dan pengembangan karakter peserta didik,” papar beliau.
Selain proyek pengembangan profil pelajar pancasila, alokasi waktu pada Kurikulum Merdeka lebih fleksibeldari kurikulum sebelumnya. Hal ini menjadikan guru lebih leluasa mengatur jadwal kegiatan bagi siswa. Penilaian yang digunakan juga berbeda, dimana kurikulum merdeka hanya menerapkan satu langkah penilaian.(FS/Sua)