Pati – Kasus-kasus intoleransi yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia termasuk di Kabupaten Pati Jawa Tengah (Jateng), membuat prihatin banyak kalangan. Perlu ada upaya preventif dari semua kalangan supaya kasus kekerasan dan intoleransi berlatar agama dan kepercayaan tak terulang lagi.
Oleh karena itu Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati, selama 3 (tiga) hari kemaren (7 sd 9/11) menyelenggarakan acara “Dialog Orientasi Hubungan antar agama dan Kepercayaan Kab. Pati “ bertempat di hotel Pati Jl. P. Sudirman Pati yang dihadiri oleh Komunitas Sedulur Sikep Kabupaten Pati dan sekitar 40 peserta dari lintas agama dan kepercayaan kabupaten pati.
“Dialog ini berangkat dari keprihatinan akibat maraknya gerakan intoleransi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Maka perlu diadakannya kongres persaudaraan sejati untuk mewujudkan Indonesia damai,” tutur Damianus Widihantara Ketua Penyelenggara dialog hubungan antar agama dan kepercayaan, Jumat (7/11/14).
“Ini adalah dialog pertama yang melibatkan enam unsur agama dan aliran kepercayaan. Peserta itu dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran Kepercayaan-kebatinan se-Kabupaten Pati,” paparnya pada sesi dialog antar iman yang menghadirkan tokoh-tokoh keberagaman itu.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pati Akhmad Mundakir membuka secara resmi acara tersebut mengatakan “Persaudaraan sejati dapat diwujudkan manakala kita percaya kepada konsep kesatuan umat dan keadilan universal. Tanpa keduanya, harapan yang ideal itu akan sia-sia”.
Kegiatan yang berkenaan dengan toleransi antar umat beragama harus terus dilakukan. “Tentu ini adalah bagian dari upaya meneruskan cita-cita almarhum Gus Dur yang sangat memperjuangkan pluralisme”, ungkap Mundakir.
Disampaikan pula konsep persaudaraan sejati dengan hakikat manusia ketika lahir. Menurutnya, setiap manusia memiliki tugas sebagai wakil Tuhan (kholifah) sebagaimana pesan universal yang tertuang dalam Alquran. “Terdapat tiga tugas wakil Tuhan tersebut yakni menjaga dari kerusakan, menciptakan kehidupan yang aman dan memakmurkan bumi. Ia juga menambahkan bahwa tugas universal ini masing-masing agama akan saling bertemu dan bersama-sama untuk mencapai persaudaraan sejati,” paparnya.
Mengakhiri sambutannya Mundakir berpesan agar dialog ini merupakan simbol keramahan dan sebuah agitasi serta persuasi agar masyarakat luas dapat terkontaminasi dengan virus persaudaraan sejati lintas iman yang bertujuan untuk perdamaian yang menyejukan hati bagi setiap insani.
Pada sesi dialog itu, masing-masing tokoh memaparkan konsep persaudaraan sejati lintas iman dari perspektif agama atau aliran kepercayaannya. Masing-masing tokoh yang hadir dan menjadi narasumber kemudian berbicara secara bergantian. [Athi’]