Kota Pekalongan – Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Prof. Zaenal Mustakim, M.Ag. kukuhkan Prof. Dr. Susminingsih, M.Ag., sebagi Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Syariah. Pengukuhan ini dilakukan di Hotel Howard Johnson Pekalongan pada Rabu (17/05/2023).

Prof. Dr. Susminingsih, M.Ag., yang saat ini dikukuhkan menjadi Guru Besar ke-6 UIN Gus Dur juga menjabat sebagai wakil Direktur Pascasarjan UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Pada Prosesi pengukuhan Guru Besar ini, Prof. Susminingsih memberikan orasi ilmiah dengan judu “
Green Economy, Kemakmuran Ruhani dan Keberlanjutan Global”.
Setelah mengukuhkah Prof. Susminingsih, Prof. Zaenal memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Prof. Zaenal mengatakan bertambahnya profesor merupakan anugrah bagi UIN Gus Dur. “Target di 2024 UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan memiliki 8 Guru Besar,” ungkap Prof. Zaenal. Dengan bertambahnya jumlah Guru Besar di UIN Gus Dur, Prof. Zaenal berharap UIN Gus Dur bias setera dengan UIN lainnya. “Motto UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan ADALAH setara dengan UIN yang lain,” terangnya.
Pada kesempatan ini Prof. Zaenal juga menyampaikan, Prof. Susminingsih juga merupakan pendiri Prodi Ekonomi Syariah. Prof. Zaenal juga menyinggung tentang “
Green Economy, Kemakmuran Ruhani dan Keberlanjutan Global”. Ia menuturkan dalam kalimat sederhana,
Green Economy dapat diartikan sebagai perekonomian yang rendah karbon, yakni tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial. “Dari sini, jelaslah bahwa
Green Economy memiliki pengertian yang jauh lebih luas dari sekedar
go green,” terang Prof. Zaenal.
Prof. Zaenal menjelaskan, prinsip
Green Economy yang disampaikan
United Nations Environment Programme (UNEP) sesuai dengan konsep Islam yang
rahmatan lil ‘alamin. “Tidak hanya menjaga hubungan baik antara manusia dengan Sang Pencipta atau
hablun minallah, tidak cukup pula menjaga hubungan baik dengan sesama manusia atau
hablun minannas, akan tetapi juga menjaga hubungan baik dengan alam semesta atau
hablun minal ‘alam,” jelasnya.
“Tawaran konsep
Green Economy, Kemakmuran Ruhani Dan Keberlanjutan Global yang disampaikan Prof. Susminingsih ini akan memberikan sebuah tawaran akademik yang berharga dalam mengimplementasikan Islam yang
rahmatan lil ‘alamin dalam kaitannya dengan menjaga hubungan baik dengan lingkungan dan alam semesta atau
hablun minal ‘alam demi menjaga keberlangsungan hidup manusia,” pungkas Prof. Zaenal.
Dalam orasinya Prof. Susminingsih menjelaskan ada tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yakni; social, ekonomi dan lingkungan. Ia mengungkapkan tentang
ESG Circle yang meliputi
Environment, Social, Governance yang menekankan pada pentingnya menjaga aspek lingkungan, sosial dan tata kelola dalam mengembangkan kegiatan perekonomian, bisnis dan investasi. “Hal ini akan memperkokoh kebijakan ekonomi sirkular nasional di Indonesia,” terang Prof. Susminingsih.
“Ada dua langkah fundamental dalam merealisasikan pembangunan berkelanjutan, yakni implementasi
Islamic Eco-Ethics dan revitalisasi manajemen pengelolaan sumber daya Islami,” ungkap Prof. Susminingsih. Dalam implementasi
Islamic Eco-Ethics mencakup prinsip-prinsip dasar etika Islam, pertama
al-adl (keadilan), kedua
maslahah ummah (kebutuhan publik), ketiga
istishlah (perbaikan), dan keempat
i’tidal (keharmonisan atau moderat).
Sedangkan revitalisasi manajemen pengelolaan sumber daya Islami mencakup 2 hal, pertama konsep sumber milik bersama (
common property resources) menjadi pengendali perilaku. Lalu yang kedua
mindset atau cara berpikir diubah dari
individual momentary generation menjadi
social cross generation.
Pada kesempatan ini Prof. Susminingsih juga menyampaikan 4 pilar konsep keberlanjutan dalam perpektif Islam. Pertama tauhid sebagai cara pandang, kedua maksud dan manfaat keberlanjutan (konsep maslahat umat sebagai
output dari
maqashid syariah), ketiga metode-
manhaj dengan menjalankan 5 prinsip dalam
maqashid syariah dalam pemenuhan kebutuhan- kebutuhan
darūriyyah (primer),
hājiyyah (sekunder), dan
tahsiniyyah (tersier, dan yang keempat
modal social:
ta’awun (tolong menolong),
takaful (saling menanggung), dan
tadhomun (memiliki solidaritas).
Di penghujung orasinya Prof. Susminingsih menyampaikan perilaku ekonomi yang berpedoman dengan prinsip penjagaan alam semesta (
Islamic Eco[1]Ethics) mencerminkan konsep
Islam rahmatan lil ‘alamiin.
Green economy menjadi solusi manusia yang berorientasi pada hidup berkelanjutan. Kemakmuran ruhani (
spiritual prosperity) menjadi faktor mediasi kesenjangan antara kebutuhan hidup jangka pendek dan jangka panjang.
(Baryachi/Ant/bd).