Mengenal Lambang Dalam Agama Buddha

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Suatu ketika, saya berada di tempat yang benar-benar baru. Kebetulan saya mengenakan pakaian yang menunjukkan identitas bahwa saya seorang penganut Buddha (Buddhis). Salah satunya adalah Bendera Buddhis. Seorang ibu nyeletuk, “ini apa malah warna-warni”, saat itu saya hanya tersenyum, saya paham beliau belum mengetahui tentang salah satu atribut yang saya pakai, dan saya belum berani menjelaskan, supaya beliau “tidak merasa tidak enak”, karena telah berkata seperti itu.

Artikel ini adalah salah satu media untuk memberikan pengetahuan kepada umum, terkait hal-hal yang “mungkin” sama sekali belum diketahui tentang Agama Buddha. Demikian juga artikel-artikel saya sebelumnya. Meskipun saat ini telah banyak tulisan di media sosial terkait agama Buddha.

Seperti pada agama-agama lain, Agama Buddha juga memiliki lambang-lambang keagamaan, yang diyakini memiliki makna mendalam tentang Ajaran Buddha.

Buddha Rupaṁ, adalah salah satu lambang yang pastinya sudah diketahui oleh banyak kalangan. Selain ditemukan di candi-candi Buddha, Rupaṁ selalu ada di tempat-tempat ibadah umat Buddha. Buddha Rupaṁ memiliki arti rupa Buddha yang merupakan lambang kesempurnaan, dan kebijaksanaan. Melalui Buddha Rupaṁ diharapkan umat Buddha dapat meneladani sifat-sifat agung Buddha, dalam pencapaian kesempurnaan dalam memusnahkan segala jenis penderitaan.

Stupa, suatu bangunan yang selain identik dengan Agama Buddha, juga memiliki nilai seni yang saat ini banyak dibangun di daerah-daerah wisata. Pada masa India Kuno, stupa merupakan bangunan sebagai tempat menyimpan relik (sisa kremasi) dari para makhluk suci termasuk Sang Buddha, yang kemudian menjadi objek pemujaan. Buddha sendiri menganggap bahwa stupa adalah objek yang religius dan merupakan Tubuh Dharma-Nya (Dharmakaya) (https://ruangkumemajangkarya.wordpress.com/2011/12/07/sekilas-mengenal-tentang-stupa/).

Cakra, atau umat Buddha menyebutnya sebagai Dharmacakra, merupakan lambang pemutaran roda Dhamma (Ajaran Buddha), yang juga merupakan simbol bahwa kehidupan terus berputar, layaknya roda kendaraan. Delapan jari-jari diartikan sebagai ajaran Jalan Tengah Buddha (Ariya Atthangika Magga) yang merupakan Jalan untuk mencapai Kebebasan, yakni Pengertian Benar (sammā-ditthi), Pikiran Benar (sammā-sankappa), Ucapan Benar (sammā-vācā), Perbuatan Benar (sammā-kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā-ajiva), Daya-upaya Benar (sammā-vāyāma), Perhatian Benar (sammā-sati), dan Konsentrasi Benar (sammā-samādhi).

Bendera Buddhis, diawali dari gagasan Panitia Pertahanan Buddhis Sri Lanka (Buddhist Defence Committee) di tahun 1885, untuk membuat bendera yang dapat menjadi simbol dan lambang yang dapat diterima oleh semua aliran umat Buddha di dunia. Warna-warna pada bendera itu kemudian diambil dari warna aura tubuh Sang Buddha, terdiri dari: Warna biru berasal dari warna rambut Buddha melambangkan bakti atau pengabdian; kuning emas dari warna kulit Buddha melambangkan kebijaksanaan; merah tua dari warna darah Buddha melambang cinta kasih; putih dari warna tulang dan gigi Buddha melambang kesucian; jingga adalah warna yang diambil dari warna telapak tangan, kaki dan bibir Buddha yang melambangkan semangat; dan gabungan kelima warna melambangkan gabungan kelima faktor yang telah disebutkan di atas. Gabungan kelima warna tersebut dikenal dengan istilah “Prabhasvara”, yang berarti bersinar sangat terang atau cemerlang (?https://kmbusu.org/buddhism/asal-usul-dan-arti-bendera-buddhis).

Pohon Bodhi (Ficus religiosa), belum banyak yang tahu tentang pohon ini, yang walaupun di beberapa wilayah, telah ada penanaman pohon ini sebagai satu cara penghijauan. Karena daunnya yang rindang, memungkinkan lebih banyaknya produksi oksigen yang dihasilkan. Pohon ini merupakan lambang dalam Agama Buddha, karena pada awalnya merupakan tempat pencapaian ke-Buddha-an oleh Pertapa Sidharta Gautama. Maka, dari itu penamaannya juga menggunakan nama yang religius. Bodhi memiliki arti pencerahan (enlightenment), di mana pertapa Sidharta telah dapat melenyapkan sifat-sifat keduniawian, dan menjadi Buddha.

Itulah beberapa hal, yang sekiranya dapat memberikan pengetahuan terkait lambang-lambang di dalam agama Buddha. Semoga bermanfaat. (jum/at/bd)