Guru Agama Katolik Harus Bisa Menjadi Seperti Garam dan Terang Dalam Tugas dan Pelayanan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Seorang guru agama Katolik  harus menjadi seperti Garam dan terang dalam tugas dan pelayanan kepada peserta didiknya, adapun makna garam memiliki fungsi untuk mengawetkan makanan dan membuat makanan memiliki rasa gurih. Tanpa adanya garam, maka masakan akan terasa hambar. Garam juga dibutuhkan oleh semua orang dari Pejabat sampai rakyat jelata. Sama seperti garam, maka kita memiliki peranan penting dalam masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam masyarakat dan ambil peran yang bisa membantu kesulitan yang dihadapi dalam masyarakat.

Menjadi garam berarti kita seharusnya memiliki peranan yang berguna, berguna disini bisa diartikan juga bahwa kita bisa melakukan dan memberikan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan. Bantuan yang kita berikan tidaklah perlu memiliki wujud yang besar. Sebaiknya bantuan yang kita lakukan adalah berasal dari hati kita sendiri, dimana kita ikhlas menjalaninya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Mengenai makna terang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan makna Garam. Menjadi terang dunia atau anak – anak terang berarti kita diharapkan untuk bisa membawa sikap yang baik dan benar, jujur, adil, untuk diterapkan dan disebarkan pada sekitar kita. Yaitu menjadi seorang pribadi yang bisa mengasihi dan membawa cinta kasih, kerukunan, persaudaraan, solidaritas dan bukannya perpecahan ke dalam masyarakat.

Hal tersebut di sampaikan Ka. Kankemenag Wonogiri, H. Subadi dalam  acara Pembinan Mental Guru Agama Katolik Kabupaten Wonogiri, Rabu (17/10) di Wisma Kana Salatiga yang di ikuti guru agama Katolik se kab. Wonogiri. Turut mendamping dalam acara pembukaan tersebut Ka. Gara Katolik, Antonius Sukatno dan pengawas pendidikan agama Katolik, Yuliana Setyaningsih.

 “Sehingga di mana saja berada guru agama katolik berada, supaya tetap menjadi terang dan garam baik menghadapai peserta didiknya di sekolah maupun  tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara,” pesan Subadi

Guru pendidikan agama Katolik, menurut Subadi diharapkan dapat semaksimal mungkin dalam mendidik moral anak-anak didiknya, karena anak-anak didik tersebut kedepannya akan menjadi penerus bangsa ini. Guru agama mempunyai peran yang sangat penting dalam mencetak karakter anak bangsa yang lebih baik untuk masa depan.

“Seorang guru agama Katolik yang profesional adalah guru yang mampu membawa peserta didik memahami serta menjalankan nilai-nilai agama yang dipelajarinya. Harus melayani peserta didik dengan baik, selain itu punya kewajiban untuk pembinaan umat baik di masyarakat maupun di gereja,” tambahnya.

Lebih lanjut, Subadi menyampaikan secara umum profesionalisme guru melekat erat dalam karakter dan integritas serta komitmen iman guru agama Katolik, karena itu guru profesional adalah pengajar dan pendidik yang melaksanakan tugas mengajar dan mendidik dengan mengandalkan kemampuan dan karakter yang maksimal. (Mursyid_heri/rf)