Kakanwil Hadiri HAUL Mbah Cholil Rembang

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Sore ini Senin (05/12), Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Farhani, hadir di Rembang guna mengikuti Haul KH. Cholil Harun dan leluhur Ponpes Raudlatut Tholibin. Acara yang diselenggarakan di Maqbarah Rembang itu dihadiri oleh KH. Maimoen Zubair, KH. Mustofa Bisri, Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Rembang, Athoillah, dan puluhan ribu jamaah yang memenuhi maqbarah Kabongan Kidul, Rembang.

Acara dimulai pukul 15.30 diawali dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Alquran oleh H. Athoillah, Tahlil dipimpin oleh KH. Habib Abdullah bin Abdurrahman Assegaf. Usai tahlil disampaikan sambutan oleh KH. Ahmad Hamid Mabrur kemudian Taushiyah oleh KH. Maimoen Zubair dilanjutkan dengan doa penutup.

KH. Hamid Mabrur dalam sambutan atas nama keluarga Ponpes Raudlatut Thalibin menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran seluruh jamaah untuk mendoakan para leluhur. Hanya doa yang dipanjatkan kepada Allah swt semoga atas kehadirannya menjadi tambah rahmat dan barakah. Semoga pula dengan majelis dzikir ini menjadikan para santri beserta para keluarga dibukakan pintu rahmat, dan memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Dalam menyampaikan taushiyahnya, Mbah Moen mengatakan bahwa kuburan inilah yang disebut raudlatun min riyadlil jannah. Perjuangan beliau di bidang pendidikan agama dan keagamaan dimulai sejak masih muda dengan menempuh pendidikan di berbagai pesantren yang kemudian menikah dengan putri KH. Murtadlo. KH. Cholil Harun pada saat itu menjadi tokoh utama di Rembang dan sekitarnya. “Tidak mengherankan jika Beliau memiliki keturunan yang  dalam ilmu agamanya, khusyu’ dalam beribadah, tanpa harus nyantri”, kata Mbah Moen.

KH. Cholil pada pada hidupnya (tahun 1300) murni mengelola pondok pesantren. “Saat itu madrasah belum ada, murni ngaji,” jelas Mbah Moen.

Diterangkan pula bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang berpedoman pada Alquran, Hadits, Ijma, dan Qiyas.

Pada tahun 1400 mulai dirintis dengan adanya madrasah di pondok pesantren yang semakin berkembang hingga saat ini, madrasah yang telah diakui oleh pemerintah sebagai lembaga pendidikan berciri khas Islam yang dikelola oleh Kementerian Agama. “Belum ada negara yang begitu memperhatikan terhadap kitab kuning, kecuali Indonesia,” kata Mbah Moen. Bahkan di Indonesia inilah ada lomba membaca kitab (red: Musabaqah Qira’atil Kutub).

Bangsa Indonesia adalah satu satunya negara yang paling banyak masyarakat yang mau beribadah. “Lebih dari 60% masyarakat telah mendirikan ibadah,” terangnya. Ketika jaman PKI dulu hanya sekitar 10%. Sementara negara Islam telah runtuh, Khilafah Rasyidin, Bani Umaiyah, Bani Abasyiyah, dan Turki Utsmani. Kalau saat ini ada yang berkeinginan mendirikan khilafah, “Jangan diteruskan,” pinta Mbah Moen. Indonesia ini adalah bangsa yang majemuk yang tersusun dari berbagai perbedaan yang menjadi satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia. (fat/gt)