Dakwah bil hikmah tangkal ISIS

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Sebanyak seratus guru madrasah diniyah takmiliyah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kab. Cilacap, Kamis (16/4) mengikuti sosialisasi kurikulum di Aula Graha Dasrussalam Cilacap.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Mughni Labib dalam sambutannya menegaskan, bahwa Jaajaran Kankemenag Kab. Cilacap sedang menggencarkan program dakwah Islam bil hikmah. Yakni Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), sudah semestinya perkembangannya diiringi dengan menebarkan kenyamanan, toleransi, kerukunan, kebersamaan, dan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dalam keberagaman suku, bangsa dan ras.

Melalui metode dakwah tersebut, umat Islam diharapkan akan memahami bahwa Islam yang sebenarnya tidak memuat sedikitpun ajaran kekerasan, baik terhadap sesama manusia, sesama mahluk, bahkan terhadap seluruh isi alam. Dengan memulainya dari Madin, gerakan yang mengatasnamakan Islam seperti ISIS akan dengan mudah ditangkal sejak dini.

Realisasi Kurikulum

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah FKDT Prov. Jawa Tengah, Asikin memaparkan secara lengkap konsep pengembangan kurikulum madrasah diniyah takmiliyah. Kurikulum Madin merupakan khas yang merupakan Pelengkap dari pendidikan formal, spesifikasi sesuai dengan kebutuhan, tidak memerlukan syarat yang ketat, materinya bersifat praktis dan khusus dengan waktu yang relatif singkat, warga didiknya tidak harus sama dan metode pengajaran yang beragam. Muatan kurikulum Madin terdiri atas Al-Qur’an, Hadits, Aqidah, Akhlaq, Fiqih, Tareh (sejarah Islam) dan bahasa Arab dengan prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi dan efektifitas.

Sementara itu, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) FKDT Prov. Jawa Tengah, M Arief Hidayatulloh dalam materinya secara mendalam mengupas problematika yang muncul seiring pendidikan diniyah sudah menjadi isu nasional. Diantaranya perbedaan muatan kurikulum antara DPW FKDT, Lembaga Pendidikan Ma’arif dan Kementerian Agama, sementara itu DPP FKDT mengikuti Kemenag serta pelajaran yang berbasis kitab berbahasa Arab menjadi berbasis kompetensi dan kitab latin.

Madin tidak diwajibkan mencetak santri untuk menjadi mubalig, tetapi mencetak karakter santri. Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) menambah pelajaran dengan aqidah, tarikh, fiqh dan bahasa Arab, dan keadaan tersebut bisa menyebabkan tarik ulur antara Madin dengan TPQ. Kemendikbud sedang ancang-ancang menjalankan pendidikan diniyah di tingkat sekolah dasar SD untuk menjembatani kekurangan jam mengajar guru PAI, karenanya Kemanag RI sedang menyusun MoU terkait program tersebut. (budiono)