Madrasah Berbasis Akhlaqul Karimah Dengan Program Ungulan Qiroatul Kutub

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

JEPARA – Madrasah adalah institusi pendidikan paling awal yang mengajarkan nilai-nilai Islam di Indonesia. Ia berkembang jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Karena dipandang sebagai aset umat Islam, madrasah akhirnya dikelola di bawah naungan Departemen Agama (kini Kementerian Agama) sejak pasca kemerdekaan hingga kini. Sejak itulah madrasah mengalami banyak perubahan dan sekaligus tantangan. 

Menjadi lembaga pendidikan pilihan masyarakat merupakan tekad keluarga besar MTs Negeri Keling Kabupaten Jepara, karena Pendidikan adalah investasi masa depan masyarakat itu sendiri, oleh karenanya sudah seharusnya masyarakat mempercayakan pendidikan putra-putrinya ke lembaga pendidikan yang berkualitas dan unggul sehingga masa depan anaknya terjamin dari sisi pendidikannya.

Kepala MTs Negeri Keling Miftakhudin mengatakan , kami menawarkan solusi yang tepat bagi masyarakat karena MTs Negeri Keling merupakan madrasah yang mengedepankan pendidikan karakter dengan mengkomparasikan ilmu pengetahun dan pendidikan pesantren secara konkrit dalam diri peserta didik di MTs Negeri Keling, sehingga peserta didik yang lulus dari MTs Negeri Keling diharapkan memiliki kualitas ganda sebagai modal untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Program unggulan “Qiroatul kutub” ini diharapkan mampu membekali peserta didik memiliki keahlian khusus dibanding dengan madrasah-madrasah negeri lainnya. Madrasah harus mampu mengembangkan dirinya secara kreatif dan inovatif tanpa harus membebek pada aturan-aturan dari misalnya Kemendikbud sehingga akan mempertegas garis dan titik-titik pembeda antara madrasah dan sekolah umumnya. Harapannya, madrasah mampu menjadi pilihan utama bukan alternative bagi calon peserta didik, paparnya.

Madrasah yang awalnya swasta dengan nama “MTs Miftahul Huda Jlegong” ini dirintis menjadi madrasah negeri oleh KH. Ahmad Thohir (alm).  Tampuk kepemimpinan sejak penegerian 17 Maret 1997 dimulai oleh Sucito digantikan Suprapto (2002), Drs. Khamdi (2006), dan DMiftakhudin (2012 – sekarang). Untuk menguatkan karakter siswa, Khamdi merintis berdirinya boarding school yang kemudian menjadi Pondok Pesantren  “Ath-Thohiriyah” sejak 2009 sampai dengan sekarang sudah berkembang sangat pesat.

Pondok Pesantren “Ath-Thohiriyah” di bawah asuhan KH. Imam Suyuti, M.Pd.I dan K. Sayubi Alwi, S.Pd.I ini sekarang menampung kurang lebih 200 santri dari berbagai daerah dari total 640 siswa MTs Negeri Keling. Sementara itu, keberadaan Masjid at-Muttaqin yang berada satu komplek dengan madrasah menjadi faktor kuat untuk melengkapi komponen yang dibutuhkan oleh MTs Negeri Keling dalam membentuk pendidikan karakter ala pesantren. Bersama warga setempat, seluruh siswa, guru, pegawai, dan karyawan diwajibkan sholat berjama’ah bila sudah memasuki waktu sholat tiba.

 TOREHAN PRESTASI

Pondok Pesantren “Ath-Thohiriyah” yang berdiri di bawah naungan MTs Negeri Keling telah mampu meraih prestasi yang membanggakan. Diantaranya pernah menjuarai kompetisi baca kitab kuning yang kedua kalinya dan meraih Juara 1 Marhalah Ula Masabaqoh Qiro’atul Kutub (MQK) bidang Nahwu kitab jurumiyah tingkat Kabupaten Jepara, dan berhasil mewakili Kabupaten Jepara di tingkat Provinsi.

Dengan berbekal kemampuan membaca kitab kuning ini, peserta didik tidak akan mengalami banyak kesulitan jika mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, selain itu program unggulan ini juga merupakan kompetensi “special” yang harus dimiliki oleh peserta didik di era zaman seperti ini, karena relevansinya dengan tata kehidupan manusia tidak pernah tergantikan, madrasah adalah kontributor terpenting bagi peradaban Islam nusantara. ungkapnya.

 Miftakhudin lega, karena kemajuan madrasah mendapat dukungan baik internal maupun eksternal. Dengan siswa 7 rombel setiap kelas, 35 pendidik berpendidikan strata 1 dan 2, 10 tenaga kependidikan. Dalam memimpin ia juga didukung oleh tim kerja yang terdiri dari para Wakil Kepala ; Anggit Budi Prasetya (Kurikulum), Imam Rois (Kesiswaan), H. Imam Suyuti (Sarpras), Shofwan (Humas) serta dukungan besar dari Komite Madrasah yang diketuai KH. Ahmad Musta’in yang juga menjadi pengurus MUI Kabupaten Jepara.

Sejumlah torehan prestasi baik akademik, seni, olahraga, dan lainnya dalam berbagai event juga diperoleh baik yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama sendiri maupun lembaga lainnya. Untuk menyemaikan prestasi, telah difasilitasi berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Misalnya ; pramuka, marching band, wahana olah raga, klub Bahasa Inggris, Palang Merah Remaja (PMR), Khitobah, Kaligrafi, Qiro’ah, Seni Tari Tradisional, dan juga Bimbingan Komputer.

Oleh sebab itu, rasanya sudah menjadi tanggung jawab umat Islam bersama untuk terus mengembangkan madrasah sebagai salah satu bentuk amal jariyah dan kebanggaan kita. Tantangan ke depan sangatlah jelas, bagaimana madrasah mampu mencetak akademisi yang mampu membawa nama Islam Indonesia ke kancah dunia dan mampu menjadi penyangga peradaban Islam dunia. (susanto/bd)