Narkoba si kecil pembawa malapetaka

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Upaya pencegahan perilaku menyimpang pada generasi muda harus mulai dilakukan sedini mungkin. Seorang anak remaja harus benar-benar dalam pengawasan orang tua, agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah, dan mengarah ke hal-hal yang negatif seperti mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan terjebak pergaulan bebas.

Demikian mengemuka dalam Seminar Bahaya Miras, Narkoba, dan Pergaulan Bebas Ditinjau dari Agama dan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) Kabupaten Rembang di pendopo Museum Kartini Rembang, pagi tadi (13/10). Acara yang menghadirkan narasumber Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah dan praktisi kesehatan Ivone Wulansari tersebut diikuti oleh ratusan peserta yang terdiri atas pelajar SMA/SMK dan organisasi wanita Islam di Rembang.

Atho’illah menegaskan, penggunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan, hingga beberapa waktu lalu Presiden menyatakan negeri ini berada dalam status Darurat Narkoba. “Data BNN pada tahun 2014, dari 100 persen transaksi narkoba di ASEAN, 40 persen di antaranya di Indonesia, atau Rp 48 triliun dari Rp 110 triliun. Sedangkan jumlah pecandunya berkisar 4 juta dan yang meninggal sekitar 15 ribu orang per tahun. Sebuah angka yang fantantis,” tandasnya.

Untuk menekan angka tersebut, semua pihak harus turut serta memerangi narkoba. Yang utamanya adalah dari keluarga. “Keluarga adalah pondasi utama pendidikan anak. Untuk membentengi mereka dari bahaya narkoba, anak haruslah mendapatkan pendidikan agama yang kuat dari orang tua. Didukung oleh komunikasi yang sehat dan harmonis. Bukan itu saja, sekolah dan lingkungan sekitar haruslah berlangsung kondusif. Peran guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan optimalisasi lembaga keagamaan seperti majlis ta’lim, madrasah diniyyah, dan lainnya harus ditingkatkan agar anak tidak terseret ke hal-hal negatif,” urai Atho’illah.

Dalam seminar tersebut juga disampaikan Testimoni mantan pecandu narkoba, Mr. D. Kepada peserta, Mr. D meminta untuk tidak mencoba hal yang negatif walau sekecil apa pun, karena hal itu akan bisa membawa kita ke keburukan yang lebih besar. Ia menceritakan pengalamannya masuk ke pergaulan yang sangat disesalinya, yaitu narkoba. Awal mula ia hanya mencoba pil koplo, hanya karena gengsi dan dianggap tidak gaul oleh teman-temannya. Pil Koplo waktu itu merupakan jenis narkoba yang paling terjangkau. Namun ternyata pil koplo inilah yang membawanya mengonsumsi narkoba yang paling mahal, hingga menghabiskan uang tak tak terhitung. Narkoba ini pula lah yang membawanya kepada kehancuran diri, minuman keras dan pergaulan bebas, hingga keretakan rumah tangganya, bahkan hampir menemui ajal.

“Namun saya bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertaubat. Maka saya berpesan kepada hadirin semua agar jangan sekali-kali mencoba-coba miras ataupun narkoba, akan akan menghancurkan diri dan lingkungan sekitar,” tegasnya.

Sementara dr. Ivone mengemukakan, miras, narkoba, dan pergaulan bebas akan bisa mengarah ke penyakit yang mematikan, yaitu AIDS. Jika seseorang sudah menderita AIDS, organ tubuhnya akan semakin rusak karena pertahanan tubuhnya sudah lemah. Orang penderita HIV/AIDS juga akan rentan dikucilkan oleh masyarakat, walaupun tidak semestinya diperlakukan demikian.

“Jika kita sudah tahu akan bahaya tersebut, kita sebaiknya memilih pergaulan yang baik, dan tidak tergoda oleh kawan yang membujuk kita mengonsumsi miras dan narkoba. Karena dua barang ini akan menyeret kita pada pergaulan bebas juga,” sambungnya.—Shofatus Shodiqoh