081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Silaturrahim Menag di Ponpes Darussalam dan masyarakat Gontor

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Ponorogo – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, H. Ahmadi sore hari ini mendampingi Menteri Agama RI dalam kegiatan Buka Bersama Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo dengan masyarakat sekitar. Kedatangan rombongan Menteri Agama RI disambut oleh pimpinan Pondok Pesantren Darussalam bersama Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Sebagai alumni Gontor, LHS mengatakan dengan sejujurannya bahwa bagian paling penting dalam hidupnya adalah masa menuntut ilmu selama lima tahun di Gontor. “Selama waktu itu adalah pengalaman yang bermanfaat luar biasa sehingga mendapatkan banyak hal dari Pondok Pesantren ini”, tuturnya.

Menag menjelaskan bahwa pondok pesantren di kenal dunia internasional sebagai lembaga pendidikan yang khas Indonesia dengan berbagai jenis dan tipikal khusus. Tetapi paling tidak dikenal dikenal dalam tiga hal sebagai jati diri Indonesia. 1) Mengajarkan dan mengembangkan islam yang moderat, bukan islam ekstrim tetapi Islam yang mengembangkan keselamatan, kedamaian, penuh toleransi, yang membawa rahmatan lil alamin. 2) Kalangan pesantren penuh dengan jiwa besar dengan tidak menyalahkan pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan pendapatnya. Sebaliknya dengan terbuka menerima kekurangan yang ada pada dirinya untuk kemudian berusaha lebih baik lagi. 3) Selalu menanamkan nilai cinta tanah air. Semangat nasional sangat kental ditanamkan di Pondok Pesantren. Para pendahulu memberikan spirit nasionalisme dengan nilai islam. حب الوطن من الايمان sebagai contohnya.

Jumlah pemeluk agama yang banyak bukan jaminan untuk terwujudnya kedamaian. “Kesamaan agama tidak menjadi jaminan”, tegasnya. Tetapi, tambah LHS semangat kebangsaan dan nasionalisme yang kuat akan menjadikan keharmonisan kehidupan beragama ditambah lagi dengan spiritualisme islam akan semakin menambah indah kehidupan.

LHS membandingkan proses transformasi nilai dari masa lalu dengan saat ini. Apabila dahulu langsung menerima nilai nilai mulia dari guru maupun pengasuhnya sehingga lebih terjamin kualitasnya, tetapi saat ini dengan gadget saat ini bisa langsung diakses berbagai informasi dari dunia maya oleh siapapun. Inilah yang perlu diwaspadai oleh kita semua sehingga para remaja kita tidak salah askes terhadap konten yang membahayakan tetapi digunakan untuk memahami islam yang moderat, islam yang toleran, islam yang rahmatan lil alamin. (fat)