UAMBN untuk Mengembalikan Jati diri Madrasah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kendal – Ujian Nasional (UN) yang selama ini dilaksanakan oleh sekolah berciri agama (Madrasah) mengikuti pola pada sekolah umum yang pada prakteknya meninggalkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab sehingga madrasah seolah-olah kehilangan ruh sebagai pendidikan berciri agama.

Demikian diungkapkan Kepala Kantor Kemenag Kab. Kendal Muh. Sa’idun yang bertindak sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) bagi Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang dilaksanakan oleh seksi Pendidikan Madrasah Kankemenag Kab. Kendal di Aula Hotel Anugrah Kamis (10/03).

Perlu diketahui bahwa UAMBN tahun pelajaran 2015/2016 ini dilaksanakan hanya untuk tingkat madrasah tsanawiyah dan aliyah, sedangkan madrasah tingkat ibtidaiyah tidak melaksanakan UAMBN akan tetapi melaksanakan Ujian Akhir Madrasah (UAM). Hal ini dilaksanakan seiiring dengan kebijakan tidak adanya UN.

Kegiatan yang diikuti oleh 59 Kepala Madrasah yang terdiri dari 45 Kepala MTs dan 14 Kepala MA ini menghadirkan 3 narasumber yaitu Bidang Madrasah Kanwil Kemenag Jateng, Kepala Kankemenag Kab. Kendal Muh. Sa’idun serta Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Nur Qoidah.

Ketua Panitia Sosialisasi Mukhamad Muslikhan mengungkapkan bahwa tujuan sosialisasi ini adalah agar kepala madrasah memperoleh informasi yang komprehensif mengenai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Pelaksanaan UAMBN agar nantinya saat Ujian digelar semua berjalan dengan lancar, baik dan benar.

Muh. Sa’idun mengungkapkan bahwa ada 4 alasan kenapa Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional perlu dilaksanakan. Alasan yang melatarbelakangi diperlukannya UAMBN adalah : 1. Pengembalian Jatidiri madrasah,; 2. Membangkitkan kembali motivasi dan semangat guru PAI dan Bahasa Arab,; 3. Meningkatkan pengetahuan dan praktik keberagamaan siswa madrasah, dan; 4. Check and balance.

UAMBN perlu dilaksanakan untuk mengembalikan jatidiri madrasah, sekolah yang bercirikan agama agar mempunyai ruh pendidikan islam.” Ujar Sa’idun

Lebih lanjut Sa’idun menambahkan bahwa, “Selama ini guru PAI dan Bahasa Arab seolah-olah tidak dihargai, karena tanpa lulus mapel itu pun siswa madrasah bisa lulus hanya dengan UN. Maka UAMBN ini diharapkan mambangkitakan kembali motivasi mereka.”

Terkait Kurikulum 13 yang saat ini digunakan, bahwa pokok dari pengajaran sistem kurtilas adalah merubah aspek kognitif dan knowledge menjadi berbasis perilaku dan sikap.

Beliau mencontohkan bahwa siswa yang benar dalam ujian tertulis dalam pokok materi shalat tetapi kesehariannya tidak sholat mestinya tidak mendapat nilai baik, bisa saja nilainya diturunkan karena basisnya adalah perilaku bukan sekedar aspek kognitif.

“Jadi bukan hanya benar dalam tes saja, melainkan dalam aplikasi sehari-harinya juga harus baik,” pungkasnya. (ja/gt)