Umat Hindu Klaten Rayakan Dharma Santi Bersama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Klaten – Dharma Santi merupakan rangkaian upacara terakhir dari hari raya Nyepi, Dharma Santi merupakan pertemuan dari hati-kehati antar umat Hindu sebagai wujud syukur setelah terlaksananya Catur Brata penyepian yang dilaksankan oleh  KORPRI, TNI, POLRI, yang beragma Hindu STHD dan Umat Hindu Klaten, pada hari Selasa  4 April 2017 di Pendopo Pemerintah Kabupaten Klaten.

Kegiatan Dharma Santi tersebut dihadiri oleh Asisten Ahli Bidang Kemasyarakatan  mewakili Plt. Bupati Klaten, Pembimbing Masyarakat Hindu Jawa Tengah, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jawa Tengah, Ketua Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten (STHD) serta Pendhrma Wacana Prof. DR. I Gusti Surya Dharma, M.Si. dalam Dharma Santi Bersama tersebut dihadiri 2000 umat Hindu di Kabupaten Klaten.

Plt Bupati Klaten  Klaten yang pada kesempatan bersamaan diundang oleh Presiden. Dalam sambutan Plt. Bupati yang dibacakan oleh  Asisten Ahli Bidang Kemasyarakatan dr. Roni Rukminto, M.Kes. sambutan tersebut mengajak umat Hindu untuk selalu berperan aktif dalam menjaga silaturahmi umat beragama dan mengajak untuk menjadikan Klaten sebagi tempat yang indah untuk kunjungan berbagai kegiatan untuk kemajuan Klaten kedepan.

Turus hadir dalam kegiatan Dharma Santi Prof. DR. I Gusti Surya Dharma, M.Si Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta, sebagai Pendharma Wacana beliau menyampaikan bahwa Dhama Santi adalah bentuk suka cita umat Hindu setelah melaksankan Catur Brata Penyepian.

Proses terbentuknya kehidupan merupakan satu wujud keagung Tuhan, awal pemahaman ini dimuali dengan peradaban sungai Sindu di India dengan tradisi penyebahan pada Dewi Ibu atau God Mather, yang menjadi rutinitas keagamaan dalam pada waktu itu, persembahan oleh bangsa arya, kemudian berkembang dengan adat tradisi dan menjadi simbul kehidupan. Lebih lanjut peradaban bergeser ke Indonesia dengan tradisi rumah Joglo yang mengambarkan Soko Guru. Berkaitan dengan Nyepi dalam peradaban pada jaman dahulu mengunakan kalender yang mengunakan system peredaran matahari, bulan, bumi dan bintang sehingga pada perayaan nyepi keberadaan matahari, bulan, bumi dan bintang berada tegak lurus sejajar dan dikatakan pada saat itu isaka warsa dan menjadi awal tahun SAKA.

Dengan perjalanan panjang tersebut mari bersama-sama umat Hindu untuk selalu menjalankan nilai ajaran agama dengan baik yang diberikan oleh leluhur kita karena Hindu selalu mengajarkan untuk selalu berbhakti. Dan jangan lupa mengedepankan nilai-nilai kerbersamaan untuk menjaga keutuhan Bangsa Indonesia. (js/gt)