Umat Hindu Wonogiri lakukan ritual odalan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Ratusan warga dari Bali berbaur dengan umat Hindu Wonogiri melakukan Piodalan atau Tegak Odalan yaitu peringatan ulang tahun pura (kahyangan). Menandai genap empat tahun, Senin (1/5), digelar ritual odalan Pura Puncak Jagad Spiritual Gunungsewu di kompleks Museum Kars Dunia Indonesia (MKDI) Dusun Mudal Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

Mereka ramai-ramai mendatangi ritual odalan di pura yang terletak 45 kilometer arah barat daya ibu kota Kabupaten Wonogiri. Ritual odalan kali ini, digelar sederhana, tanpa dimeriahkan dengan tari Bali sebagaimana tahun-tahun yang lalu.

Pimpinan Parisadha Hindu Kabupaten Wonogiri, Slamet Dwiyono yang sekaligus anggota FKUB Kabupaten Wonogiri menyampaikan bahwa Ritual muspa sembahayangan dan pemanjatan doa puja bhakti, dipimpin Duaji Dewa I Gede Nuaba, yakni tokoh umat Hindu Bali dari Koperasi Adil, yang memprakarsai pembangunan pura Puncak Jagad Spiritual Wonogiri sekaligus memberikan bantuan dana Rp 20 juta untuk perawatan pura.

Penetapan Odalan, mengacu pada perhitungan sasih (bulan) yang dikaitkan dengan datangnya bulan sempurna (purnamasidi). Dalam kalender Bali, purnamasidi di Bulan (Sasih) Sadha, Nguya: kasa, Rah: 5, Tahun Saka 1937, Windu Sengara, Wuku Tolu, jatuh hari Soma Umanis (Senin Legi) tanggal 1 Juni 2015.

Rangkaian ritual odalan di Pura Puncak Jagad Spiritual, diawali dengan upacara Mecaru (Butha Yadnya). Caru, dalam Kitab Samhita Swara, berarti cantik. Mecaru adalah upacara untuk menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam lingkungan. Pecaruan merupakan penyucian/pemarisudha Bhuta Kala, agar semua kotoran sirna dan menjadi suci kembali.

Wariskan pendidikan

Sebanyak 573 pemedak (umat) Hindu dari Bali, datang melakukan ritual odalan di Pura Puncak Jagad Spiritual (sekitar 45 kilometer arah barat daya ibukota Kabupaten Wonogiri). ”Tapi di luar manusia, makhluk yang tak kasat mata, juga ikut hadir di sini”, tutur Duaji Dewa Nuaba.

Menurut Dewa yang juga tokoh spiritual ini, menyatakan, di piodalan tersebut hadir Betara Nawa Sanga, yang mampu memberikan sentuhan untuk menjadikan diri manusia tidak baik menjadi baik. Dalam wejangan spiritualnya, dia menyatakan menjadi sesuatu yang luar biasa bagi orang tua yang ikhlas memberikan kasih sayang bernilai kemanusiaan kepada anak-anaknya.

”Wariskan pendidikan kepada anak-anak, ingatlah pengetahuan tidak akan ada habisnya untuk membekali mereka”, tandas Dewa, sembari menambahkan dirinya berusaha senantiasa konsisten untuk melayani pemedak, agar dapat bahagia di dunia dan damai setelah meninggal.

”Berbuatlah amal kebaikan sebanyak-banyaknya, demi bekal setelah meninggal”, ujar Dewa Nuaba.

Kepada para pemedak, diserukan untuk menghindari hal-hal yang tidak disenangi oleh Betara Nawa Sana. Yakni jangan sampai lupa pada jati diri masing-masing, hindari sifat lalai, jangan suka memerintah, dan jangan selalu bergantung pada orang lain.

Bersamaan dengan ritual piodalan ini, Duaji Dewa yang juga tokoh supranatural, memberikan doa penyembuhan bagi pemedak yang menderita penyakit kulit, memakai sarana belalang goreng, dan memberikan puja bhakti bagi kesuksesan usaha dengan sarana parfum. (Mursyid_Heri)