Umat Hindu Wonogiri dan Bali Lakukan Piodalan Pura Puncak

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Ratusan Pemedak (umat) Hindu dari Bali dan Kabupaten Wonogiri, Jumat (9/6) melakukan upacara Tegak Piodalan Pura Puncak Jagat Spiritual Gunungsewu di puncak bukit Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro atau sekitar 45 Kilometer ke arat barat daya Wonogiri.

Piodalan tersebut, bertepatan dengan purnama (bulan penuh) yang dalam kalender Bali jatuh pada hari Pasah Kliwon, Sasih Sadha Ngunya, Mangsa Kasa, Wuku Medangkungan, Tahun Mesa-Tula, Windu Sengara, 1939 Tahun Saka.

Tepatnya pada hari Jumat Kliwon 9 Juni 2017. Piodalan adalah wujud bakti sebagai usaha untuk mencapai jagadhita, yang dalam babad Bali, piodalan juga disebut sebagai petirtayan, petoyan, dan puja wali. Piodalan merupakan ritual upacara agama Hindu yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Hal tersebut di sampaikan  Wakil Ketua Parisada Hindu Wonogiri yang juga anggota FKUB Kabupaten Wonogiri, Slamet Dwiyono ketika mengikuti Rakor Kemenag dan pengurus FKUB Wonogiri, Senin (12/06) di ruang rapat Kankemenag.

Menurut Anggota FKUB, Slamet Dwiyono Puncak ritual Tegak Piodalan atau Odalan di Pura Puncak, dilakukan dengan sembayang Muspa bersama yang dipimpin oleh Duaji I Gde Dewa Nuaba. Setelah sehari sebelumnya, sejumlah bangunan induk di Pura Puncak (Padmasana, Pengerurah, Pengenter, Gedong, Balai Kul-kul, Gerbang Candi Bentar, diberi diperindah memakai kain wastra dan aneka pernikpernik hiasaan lainnya.

Duaji I Gde Dewa Nuaba, dalam ceramahnya menyatakan, saat ini bangsa Indonesia tengah dililit persoalan moral. ”Banyak yang sakit mental, tidak sehat moral. Karena terbelenggu dengan sikap lalai, sifat bohong, dan suka menebar janji palsu,” kata Duaji.

Kepada ratusan pemedak, Duaji, menyerukan, agar menjauhi perilaku yang buruk-buruk tersebut. Sebab, itu semua akan berdampak pada kemunculan sikap dan perilaku tidak bertanggungjawab, meski mereka suka menggembar-gemborkan Pancasila.

Sinar Suci

”Milikilah jiwa besar, dan jangan suka dipuji orang. Ingatlah, pujian hanya akan memperkokoh kesombongan,” tegasnya. Duaji I Gde Dewa Nuaba mengingatkan, memang tidak mudah bagi diri kita untuk mendapatkan sentuhan sinar suci Tuhan. Pada hal, kita membutuhkan sentuhan Tuhan melalui Ida Pukulun Betara, dalam upaya berlindung dan mendapatkan ajaran yang benar.

Hanya dengan sentuhan sinar suci Tuhan, kita dapat berbuat kebaikan dan berbagi kasih. Dewa Nuaba menyerukan agar itu semua dilakukan dengan memulai dari diri dan keluarga kita masing-masing.

”Ini penting, untuk bekal melanjutkan kehidupan setelah kita nanti meninggal,” tandasnya.

Ingatlah, semua yang kita jalani dalam kehidupan ini, kelak akan kita pertanggungjawabkan,” ucapnya. Tampak hadir dalam upacara tersebut, Ketua dan Wakil Ketua Parisada Hindu Wonogiri, Putu Dewa Brata dan Slamet Dwiyono, beserta sejumlah pemuka Hindu dari Klaten dan dari kabupaten lain di Solo Raya. (Mursyid/Wul)