Menilik Batik Tegal Sebagai Implementasi Pembelajaran Tematik

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Slawi – Kain batik dari Tegal atau sering dikenal Batik Tegalan kini makin populer dan makin diminati. Jika dilihat dari motif dan corak, Batik Tegal memiliki motif dan corak yang tidak kalah dengan Batik Pekalongan, Batik Solo maupun Batik Jogja. Batik Tegalan sendiri dikenal dengan motif batik klasik dengan motif yang lebih tegas yang mencerminkan karakter orang pesisir. Batik Tegalan memiliki kemiripan dengan batik Madura dari ketegasan motif, tetapi batik tegalan ini lebih luwes dalam gerakan cantingnya.

Hal inilah yang memotivasi 70 orang siswa-siswi MIN Pecabean untuk berkunjung ke sentra industri Batik Tegal yakni di Desa Bengle Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Selasa (17/10). Rombongan dari MIN Pecabean diterima dengan hangat oleh Waryono selaku pemilik UD, “Mitra Amalia Batik.

“Kami sangat senang anak-anak MI datang mengunjungi industri batik ini, kami berharap anak-anak mau belajar dan mengamati proses pembuatan batik hingga tahap pemasaran,” jelas Waryono.

Tahap demi tahap siswa-siswi tidak ada yang terlewati, mereka mengamati dengan seksama proses pembuatan batik, mulai dari pemilihan bahan kain untuk persiapan membuat pola hingga proses penulisan dan pengeringan.  Anak-anak pun dikenalkan berbagai media dan alat untuk membatik seperti malam, canting, cap pola dan lain-lain.

Mereka sangat antusias mengikuti penjelasan dan pemaparan yang disampaikan dari Tim produksi batik. “Kami sangat senang mengunjungi tempat ini, sangat menarik dan banyak pengalaman yang kami dapat, lebih-lebih kami dapat menyaksikan langsung proses pembuatan batik tegalan yang sudah sangat populer ini. Tidak hanya lihat di buku materi pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya),” cerita Shinta Naurisama Siswi Kelas 6.

Tidak ketinggalan Bapak dan Ibu Guru pendamping juga bersemangat menyaksikan proses pembuatan batik tegalan ini. Mereka mengungkapkan perasaan senang dapat membawa anak-anak didiknya di tempat pembuatan batik sehingga mereka tidak hanya belajar teori melainkan dapat terjun langsung bahkan ikut mempraktekkan proses pembuatan batik tegalan ini. “Mudah-mudahan kegiatan ini berjalan secara rutin sebagaimana tertuang dalam program pembelajaran Kurikulum 2013 yakni belajar dari yang abstrak menuju yang kongkret,” jelas Edy Susiyanto selaku guru pendamping.

Mudah-mudahan dengan kegiatan ini para siswa lebih termotivasi dalam belajar dan membuka wawasan tentang usaha di bidang industri kerajinan sesuai dengan materi-materi atau tema-tema yang ada di kurikulum 2013. (mst/za/rf)