Penyuluh Agama Islam Harus Paham Metode Pembelajaran Membaca Al Qur’an

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Seorang penyuluh agama Islam perlu memahami dan sekaligus dapat mengajarkan Al Qur`an dengan baik dan benar di tambah lagi penyuluh agama Islam yang ideal setidaknya menguasai peta dakwah, mampu menyusun rencana kerja, piawai menganalisis data potensi wilayah, dan cermat membidik sasaran yang belum tergarap para ulama/kyai/dai.

Tak kalah pentingnya adalah kemampuan menyusun dan menetapkan materi bimbingan berbasis media, baik cetak maupun elektronik dengan mengoptimalkan kekuatan sosial budaya masyarakat setempat, termasuk di dalamnya memahami metodologi pembelajaran Al Qur’an.

Membaca Al Qur’an merupakan bagian dari pengetahuan Al Qur’an, diperoleh dengan cara belajar, sehingga tidak ada orang yang otomatis bisa, dalam belajar diperlukan waktu, tenaga dan biaya.

Banyak ditemukan metode pembelajaran membaca Al Qur’an mulai dari al-Baghdadi, Tilawati, Qiraati, al-Barqi, Iqro’, Insani, Tartila dan lainnya, yang dapat mempermudah pebelajar membaca Al Qur’an dengan cepat. Cepat yang dimaksud yaitu cepat membaca huruf Al Qur’an dengan menggunakan metode Qiraati.

Hal tersebut di sampaikan Ka. Kankemenag Wonogiri, Subadi di dampingi Kasi Bimas Islam, Hidayat Masykur dalam acara pembinaan dan penyuluh agama Islam fungsional Kabupaten Wonogiri, Senin (29/01) di aula Kankemenag yang di ikuti PAIS se kabupaten Wonogiri.

Untuk memperkuat pemahaman penyuluh tentang metode pembelajaran Al Qur’an para penyuluh mengikuti pembelajaran Al Quran dengan metode tilawati, menurut Eky Tajul Arifin selaku koordinator program metode Tilawati adalah merupakan salah satu di antara metode pengajaran Al Qur'an yang mudah.

Tilawati menurutnya menawarkan suatu sistem pembelajaran Al Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi Al Qur'an. Metode Tilawati menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif.

Sedangkan Kasi Bimas Islam, Hidayat Masykur menyampaikan bahwa kegiatan ini penting dan perlu di teruskan agar para penyuluh nanti mengetahui keragaman metodologi pembelajaran Al Qur’an dan mampu meneruskan kepada umatnya di daerah masing-masing.

“Semoga keberkahan dari yang mengajarkan dan yang membaca bisa di dapatkan karena yang di kaji adalah Al Qur’an, dan menjadi cambuk bagi penyuluh Agama Islam Fungsional di KUA untuk terus mengajarkan Al Qur’an.(Mursyid_Heri/wul)