Penyuluh Agama, Mitra BKKBN Sukseskan Program Keluarga Berencana

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mungkid – Program aksi Gerakan Keluarga Berencana perlu dikaji ulang sebab saat ini telah terjadi pergeseran pola pandang masyarakat terhadap kehidupan berkeluarga. Program-program pada masa lalu, harus ditelaah disesuaikan dengan pola-pola kehidupan bermasyarakat saat ini.  Penyuluh Agama, sebagai ujung tombak Kementerian Agama di masyarakat diminta membantu BKKBN dalam menyukseskan program Keluarga Berencana mulai ditingkat masyarakat terkecil RT, Desa sampai masyarakat yang lebih besar yakni kecamatan atau perkotaan, melalui komunikasi dan koordinasi yang terencana.

“Kita perlu duduk bersama melakukan pemetaan masalah, tiap daerah tentu berbeda karakter dan permasalahannya, beda kecamatan akan beda masalah yang dihadapi, misalnya kecamatan Ngablak yang dingin dengan kecamatan Mertoyudan yang perkotaan tentu akan beda permasalahan yang dihadapi,” kata Kepala Kantor Kemenag Kab. Magelang Mad Sabitul Wafa pada kegiatan Penyusunan Peta Kerja dan Strategi Pelayanan KBKR di RM Progo Sari, Mungkid, Rabu, (28/03/2018). Hadir dalam kegiatan tersebut petugas kesehatan, staf BKKN Pemda Kab. Magelang, dan Penyuluh Agama Islam pada Kantor Kemenag kab. Magelang.

Menurut  Mad Sabitul Wafa, pemerintah perlu mengkaji ulang problematika Gerakan Keluarga Berencana yang dicanangkan Pemerintah saat ini. Belum suksesnya Gerakan Keluaraga Berencana (KB) saat ini disebabkan paradigma hidup masyarakat telah berubah sehingga perlu pendekatan yang berbeda melalui komunikasi dan koordinasi yang efektif antara Pemerintah Daerah dan elemen terkait lainnya untuk bersinergi menemukan formula baru menyukseskan gerakan Keluarga Berencana.

Problematika pelaksanaan program Keluarga Berencana salah salah satunya menurut Wafa adalah masalah mental, maka pemerintah menggiatkan gerakan Revolusi Mental.

“Dulu orang tua dengan banyak anak tetap mampu mengendalikan anak menjadi anak yang penurut, namun sekarang orangtua hanya dengan dua anak saja nakal semua. Fenomena orang sekarang itu aneh, kalau waktu Maghrib tiba ayamnya belum pulang ribut dan bingung mencari, namun kalau anak perempuannya Maghrib belum pulang tenang saja,”ceritanya.

Dengan jumlah penduduk Kabupaten Magelang yang lebih dari satu juta orang dengan wilayah lahan produktif makin berkurang karena perumahan dan pembangunan infrastruktur, menurut Wafa diperlukan usaha-usaha pengendalian perkembangan penduduk yang sistemik .

“Air dan udara kita sudah sulit untuk mencukupi kebutuhan penduduk Magelang, tentu dengan sistem yang diperbarui disesuaikan dengan perkembangan paradigma penduduk di wilayahnya,” katanya.

Wafa menyampaikan perlunya keterlibatan Penyuluh Agama secara inten bekerjasama dengan BKKBN guna menyukseskan program Keluarga Berencana, mulai dari tingkat masyarakat terkecil RT, desa sampai masyarakat yang lebih besar kecamatan atau perkotaan.

“Saya selalu menghimbau agar tenaga dan waktu serta pemikiran para Penyuluh untuk diwakafkan guna menunjang kesuksesan gerakan Keluarga Berencana,” katanya.

Secara khusus Wafa berpesan kepada Penyuluh agar tidak lagi mempersoalkan keharaman dan kehalalan alat kontrasepsi namun segera lakukan pencerahan kepada masyarakan tentang hidup sehat dan  terencana, pertambahan penduduk yang tidak sehat harus segera dikendalikan.

“Bukan masanya lagi mempersioalkan alat kotrasepsi itu halal atau haram, ahli fiqih telah mengkaji itu dan itu memang tugasnya, kita bertugas melaksanakan hasil keputusan itu guna kemaslahatan bersama,” katanya. (at/am/bd)