Wafa Mengajak Pendeta Belajar Filsafat Tanah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mungkid – Para Pendeta dan tokoh umat Kristen diharapkan dapat menerapkan filsafat tanah dalam memberikan pelayanan kepada umatnya. Tanah tidak hanya menerima yang bersih, bahkan kotoran pun ditanam di dalam tanah, tapi pada saat ditanam pisang, padi, dan tumbuhan lainnya, tanah mampu memberikan manfaat kepada manusia.

Pesan tersebut disampaikan Kepala Kantor Kemenag Kab. Magelang Mad Sabitul Wafa, saat memberikan pembinaan dan arahan kepada para Pendeta dan tokoh umat Kristen pada kegiatan Pelantikan Asosiasi Pendeta Indonesia Cabang Magelang, di Sekolah Tinggi Teologi Magelang, Senin (19/03).

“Setelah para pengurus API ini dilantik, pesan saya jadilah pengurus yang baik, jangan jadi pengiris. Para pendeta sebagai pilihan umat dan Tuhan harus membangun trust (kepercayaan) kepada masyarakat,” pesan Wafa.

“Ketika menjadi Pendeta, marilah kita contoh filsafat tanah. Tanah tidak hanya menerima yang bersih, bahkan kotoran pun ditanam di dalam tanah, tapi pada saat ditanam pisang, padi, dan tumbuhan lainnya, tanah mampu memberikan manfaat kepada manusia,” lanjutnya.

Melalui filosofi tersebut, Wafa berharap para Pendeta mempunyai “jembar hati” dalam menyikapi setiap persoalan dan mengedepankan integritas. Integritas yang dimaksud adalah satunya hati, lisan, dan perbuatan.

Para Pendeta juga diajak untuk selalu mengevaluasi diri, sehingga banyak menemukan kekurangan-kekurangan diri. Dengan demikian, Pendeta bisa menghormati perbedaan dengan mengedepankan toleransi.

“Perbedaan-perbedaan itu indah. Dan hari ini kita sepakat  untuk mendeklarasikannya. Dinamika komunikasi harus dibangun dengan baik, dan jangan alergi dengan pemerintah,” lanjutnya.

Wafa mengajak para Pendeta untuk membangun jejaring yang baik dengan Kementerian Agama. Sebagai instansi pemerintah, Kemenag menaungi semua agama sehingga sinergi para Pendeta sangat diharapkan dalam merealisasikan program-program pemerintah yang menyentuh keperluan umat.

“Saya sangat terbuka dan senang jika ada pertemuan-pertemuan terkait agama bisa dihadirkan sehingga terjalin hubungan yang baik dengan Kemenag,” katanya.

Menyikapi tahun politik, Wafa mengingatkan agar agama jangan dibawa ke ranah politik.

“Tahun ini tahun politik, saya berpesan agar agama jangan dikaitkan dengan masalah politik. Biar agama tetap pada alurnya sesuai kasih Tuhan Yang Maha Esa,” kata Wafa.

Wafa juga menyampaikan pesannya terkait Tri Kerukunan dalam upaya menjaga kehidupan beragama di masyarakat sehingga para Pendeta  dapat mengajarkan hidup saling menghormati, saling asah dan asuh, antar pemeluk agama untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Magelang yang damai.

Ketua terpilih Asosiasi Pendeta  Indonesia (API) Cabang Magelang Markus Kanti, bersyukur API di Kabupaten Magelang terbentuk. Dirinya merasa terpanggil agar para Pendeta tidak hanya mempunyai wawasan gereja, tetapi juga bisa belajar wawasan tentang Nusantara.

Melalui API, ia berharap para Pendeta dapat membangun jejaring dengan aparat pemerintah dengan menjalin komunikasi  yang baik agar apa yang dikerjakan dan disampaikan kepada masyarakat tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.

Kegiatan diakhiri dengan Deklarasi bersama para Pendeta, tokoh umat Kristen, Kapolres Magelang, dan Kepala Kesbangpol Kab. Magelang tentang Anti Hoax dan Anti Intoleransi. (am/bd)