Impementasi Ajaran Catur Guru (Guru Wisesa)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Boyolali (Bimas Hindu) Gotong royong merupakan istilah Indonesia untuk bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Istilah ini berasal dari gotong berarti “bekerja”, dan royong berarti “bersama”. Bersama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar filsafat Indonesia. Demikian disampaikan Direktur Urusan Agama Hindu Pada Dharmasanti Nyepi Tahun Baru Saka 1940 di Pendopo Gede Kabupaten Boyolali 27/4.

 

Lebih Lanjut Direktur Urusan Agama Hindu menjelaskan bahwa gotong royong saling bekerjasama dalam membangun masyarakat yang kuat dan maju, gotong royong adalah ciri bangsa Indonesia untuk itu mari kita lestarikan apa yang sudah diberikan oleh leluhur kita. Harapan besar saya kedepan umat Hindu mampu memberikan sumbangsihnya kepada pemerintah dengan selalu mengikuti dan mendukung program pemerintah, dengan demikian maka program yang telah dicanangkan dapat berjalan dengan baik, kemudian yang tidak kalah pentingnya umat Hindu wajib untuk menaati peraturan pemerintah baik pusat dan daerah sehingga kenyamanan dalam bermasyarakat dalam membangun berbangsa dan bernegara dalam kontek budaya ketimuran yang memiliki nilai sopan santun menjadi suatu keindahan di Negara Indonesia ini. Seperti yang diajarkan dalam agama Hindu bhakti kepada Guru Wisesa  pemerintah seyogyanya dapat menjadi inspirator. Guru wisesa adalah Pemerintah yang selalu berusaha mendidik dan mengayomi rakyatnya, selalu mensehjaterakan dan memberikan perlindungan. Karena itu pemerintah harus selalu dihormati dan dihargai. Kita perlu mewujudkan rasa bhakti kita kepada Pemerintah Kepada Bapak Bupati saya titip umat Hindu di Boyolali ini untuk di ayomi.

 

Dharmasanti Kabupaten Boyolali dihadiri oleh Direktur Urusan Agama Hindu, Forkompinda Kabupaten Boyolali, Pembimbing Masyarakat Hindu Jawa Tengah, keluarga besar Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, ketua PHDI Jawa Tengah, Boyolali FKUB Kabupaten Boyolali dan 1500 umat Hindu Kabupeten Boyolali yang mewakili perkecamatan.

 

Dharmasanti Nyepi sebagai bentuk rasa ungkapan kebahgyaan untuk saling memaafkan untuk menjaga soliditas seperti yang disampaikan oleh A.A. Ketut Darmaja dalam Dharmawacananya menyampaikan isi dari tema agar kita semua membangun Soliditas  untuk keutuhan NKRI. Soliditas ini kita bangun dengan melaksanakan Brata Penyepian dan memaknai sebagai sebuah anugerah untuk membersihkan dari segala hal yang kurang baik. Kaitanya dengan keutuhan NKRI perlu dipahami bahwa dengan nilai kesadaran Brata Penyepian maka kita semua akan rendah hati dan penuh kasihsayang. Bila ini semua dapat terwujud maka umat Hindu akan bisa menjaga Keutuhan Bangsa. (Wahonogol)