Penyuluh Agama Kerja Keras Wujudkan Data Lembaga Keagamaan yang Kredibel

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mungkid – Usai pencanangan 2018 sebagai Tahun Data bagi Lembaga Pendidikan Keagamaan (Baca: Wafa Canangkan 2018, Tahun Data bagi Lembaga Pendidikan Keagamaan), Kepala Kantor Kemenag Kab. Magelang Mad Sabitul Wafa, mengajak para Kepala KUA dan Penyuluh Agama bekerja keras melakukan pendataan lembaga keagamaan. Hal tersebut disampaikan pada rapat koordinasi Kepala KUA dan Penyuluh Agama Islam Fungsional di Ruang Rapat, Jumat, (6/4/2018)

Dalam beberapa kesempatan Wafa menyampaikan bahwa saat ini pendataan lembaga pendidikan keagamaan tidak terkelola dengan baik. Menurutnya, data tersebut sangat penting bagi perencanaan agar layanan pemerintah semakin baik. Dengan menyediakan data yang akurat dan kredibel, maka kesan “miskin data banyak tuntutan” dapat dihilangan.

“Ada alokasi dana 8 Milyar yang nantinya diperuntukkan untuk memikirkan para guru pada TPQ, Madin, pondok pesantren, imam masjid, dan muadzinnya agar dapat dipetakan kebutuhannya. Termasuk untuk lembaga keagamaan agama lain,” kata Wafa.

“Terkait dengan dokumen data agar Kepala KUA dan para Penyuluh Agama sifatnya segera dan sangat urgent untuk melakukan pendataan terhadap jumlah masjid, imamnya siapa, muadzinnya siapa, mengingat tidak mudah untuk menyajikan data valid,” lanjutnya.

Wafa meminta Penyuluh dapat bekerja keras melakukan verivikasi data  di lapangan agar sesuai dengan kondisi riil.

“Akurasi data sangat dibutuhkan, tidak parsial termasuk kebutuhan pada lembaga keagamaannya lainnya,” katanya.

Wafa menuturkan data yang terkumpul nantinya akan diserahkan ke Pemda Kab. Magelang untuk diolah dalam penganggaran.

Selain menginstruksikan pendataan lembaga keagamaan, Wafa mengajak para Penyuluh Agama untuk bisa menyukseskan pelaksanaan MTQ Tingkat Kabupaten yang akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan. Ia meminta, setiap KUA dapat melaporkan secara tertulis kesiapan menghadapi MTQ tersebut.

Wafa berpendapat bahwa para Juara MTQ tingkat Kabupaten harus didorong agar terus berprestasi pada tingkat regional maupun nasional. “Sangat penting memberikan atensi atau reward kepada para Juara MTQ agar semangat berlomba dan dapat berpikir tentang masa depannya,” katanya.

Wafa mengharapkan pola pelaksanaan MTQ yang menjadi rutinitas dapat diubah polanya menjadi pola pembinaan qari yang berkelanjutan dengan pemberitan reward seperti bagi juara MTQ diberikan beasiswa sampai dengan S1, atau menyalurkan pada lembaga pemerintah misalnya madrasah untuk mengajar tilawah, menjadi muadzin pada masjid-masjid kecamatan, dan sebagainya.

Sebagai Ketua BAZNAS, Wafa merencanakan akan mengalokasikan kegiatannya untuk pembinaan para Juara MTQ. “BAZNAS akan diarahkan untuk pembinaan yang outputnya terlihat dan terukur,” katanya.

Menjelang Ramadhan, Wafa mengharapkan Kepala KUA dapat bekerja sama dengan Camat untuk kegiatan Tarhim (Tarawih dan Silaturahim) termasuk lokasi masjid yang nanti digunakan untuk pelaksanaannya. (am/bd)