Perkuat Layanan Keagamaan, Penyuluh Agama Lakukan Silaturahmi & Pengajian Akbar

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) KUA Kecamatan Sidoharjo, Kab. Wonogiri bersinergi dengan TP. PKK. Desa Tempursari menyelenggarakan Pengajian Akbar Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H di balai desa setempat, Senin (16/04) yang di hadiri ratusan jamaah. Acara di awali dengan mujahadah/doa bersama.

Menurut  Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) KUA Kecamatan Sidoharjo, Hj. Umi Ustanti Penyuluh Agama Islam KUA sebagai motor penggerak Kementerian Agama, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam menjalankan program-program kegiatan agama dan keagamaan, salah satu realisasi program yang dilaksanakan pembinaan mental keagamaan melaui majelis taklim.

Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini menurut Umi Ustanti, adalah sebagai bentuk nyata dakwah bil hal untuk mempererat silaturahim, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat Islam serta meningkatkan rasa solidaritas bagi sesama.

Munculnya berbagai persoalan bernuansa keagamaan di tengah-tengah masyarakat menghendaki hadirnya penyuluh dengan pengetahuan dan wewenang yang dimilikinya untuk menjadi rujukan bagi masyarakat dan tujuan yang lain dari kegiatan ini diharapkan semakin mendekatkan penyuluh dengan masyarakat. Sehingga penyuluh mampu menjadi pintu pertama problem solver, seluruh persoalan-persoalan di akar rumput.

“Momentum pengajian akbar dan doa bersama ini sebagai wahana dan sarana untuk mendekatklan diri kepada Allah SWT. Karena kedekatan kita kepada Allah SWT melalui zikir / doa bersama akan mendatangkan berkah dan rahmat dalam hidup dan kehidupan ini sekaligus dapat memberikan ketentraman dan kedaiaman hati, “ jelas Umi Ustanti.

Peran serta para tokoh agama / asatidz adalah untuk mencerdaskan kehidupan beragama masyarakat sangatlah diharapkan untuk mewujudkan masyarakat yang religius karena masyarakat yang religius akan menumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya penanaman nilai-nilai ajaran agama disemua sendi kehidupan, sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertaqwa dalam bingkai ukhwah Islamiyah dan toleransi antar sesama dapat kita wujudkan.

Dalam inti tausiyahnya, Umi Ustanti menyampaikan bahwa peristiwa Isra' Mi'raj merupakan puncak pencapaian prestasi spiritual seorang hamba. Peristiwa ini terjadi ketika Nabi baru saja didera kesediahan dan kecemasan yang sangat mendalam. Ini sebuah pelajaran bahwa di balik sebuah ujian berat di situ ada kenaikan kelas.

“Peristiwa Isra' Mi'raj mengajarkan kita, seberat apapun problem yang dihadapi datanglah ke atas melalui shalat, niscaya ada jawaban yang tepat dari-Nya, untuk itu jalankan sholat dengan khusyu' insyallah akan menjadi benteng dari perbuatan yang tidak terpuji,” pungkas Umi. (Mursyid-Heri/Wul)