Implementasi K-13 Adalah Pendidikan Karakter Untuk Membangun Jiwa Peserta Didik

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mungkid – Implementasi Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan merupakan upaya dunia pendidikan untuk membangun jiwa para peserta didik agar mempunyai karakter yang baik.

“Sebagaimana ditulis oleh WR Supratman, Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya, maka komitmen untuk membangun dunia pendidikan harus dimulai dengan membangun jiwa,” kata Kepala Kantor Kemenag Kab. Magelang Mad Sabitul Wafa saat membuka kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Hotel Trio Magelang, Selasa, (22/05). Sebanyak 35 Guru terdiri atas 19 guru PAK pada SD, 9 guru PAK SMP, dan 7 guru PAK SMA/SMK mengikuti kegiatan tersebut.

Wafa menyampaikan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Saat ini sudah tidak dijumpai lagi anak-anak berbaris untuk bersalaman dengan para Guru. Yang terjadi adalah sebaliknya, para Guru yang datang menyambut para siswa dan orang tua.

“Pergeseran karakter sudah muncul, jika dulu anak-anak yang menyalami para guru, sekarang guru yang harus hadir untuk menyalami para siswa dan orang tua. Tantangan guru saat ini adalah bagaimana ruh agama terwujud dapat hadir dalam profesi mendidik karena pendidikan karakter kadang diabaikan,” lanjutnya.

Wafa menyampaikan, perubahan mentalitas pendidik harus dikembalikan ke pendidik yang berintegritas, berketeladanan, dan menjunjung nilai-nilai kejujuran. Profesi pendidik merupakan profesi yang luar biasa dalam mengantarkan kehidupan manusia, sehingga keikhlasan para pendidik sangat diperlukan dalam mengantarkan anak-anak meraih kehidupan di dunia menjadi orang-orang yang berguna dalam bidang apapun.

“Integritas menjadi tuntutan, yang terwujud dalam hati, berbicara, dan perbuatan linear dalam kehidupan. Mari berkomitmen bagaimana menjadi guru yang berintegritas,” lanjutnya.

Berbagi pengalamannya berkunjung ke berbagai negara, Wafa memberikan contoh negara seperti Mesir, Thailand, Korea, dan Brunei Darussalam dapat sukses menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter. Namun, Wafa mengakui metode-metode tersebut sulit diterapkan di Indonesia karena Indonesia merupakan negara yang besar, luas wilayahnya, terdiri atas berbagai kultur dengan pengaruh budaya lain yang saling mempengaruhi.

“Kita prihatin karena di Indonesia mengalami pergeseran akulturasi, budaya Barat yang makin dominan, sementara orang Barat malah meninggalkan budaya tersebut,” kata Wafa.

Wafa menyampaikan bahwa esensi dari Kurikulum 2013 muaranya adalah pendidikan karakter. Diharapkan Kurikulum 2013 dapat melahirkan anak-anak yang tidak saja pandai dalam ilmu pengetahuan tetapi baik kepribadiannya. (am/sua).