081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Unik dan Menarik, Karnaval Anak RA di HAB Ke-73 Kemenag.

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonosobo – Masih dalam nuansa peringatan Hari Amal Bakti Ke-73 Kantor Kementerian Agama Wonosobo, bersama RA se-Kecamatan Wonosobo adakan Karnaval yang melibatkan ratusan anak didik pada masing-masing RA di bawah naungan Kemenag Wonosobo dan di laksanakan pada, Kamis, (3/1) kemarin. Uniknya, karnaval yang biasanya digelar oleh anak didik TK keatas, oleh ketua panitia karnaval ini dilakukan oleh siswa RA, yang notabene masih lima tahun kebawah dan wajib didamapingi orang tua siswa dan terlihat ratusan peserta karnaval mengenakan pakaian Adat.

“Tema yang kami ambil pada karnaval kali ini adalah, “Generasi Penerus yang Islami dan Berakhlakul Karimah”, yang sekaligus kami ingin mengenalkan pada anak-anak pakaian adat yang ada di Indonesia, agar mereka lebih mencintai budaya, adat istiadat dan bangsa tercinta melalui Karnaval. Acara ini juga jelas bertujuan memupuk mental siswa agar tidak canggung serta memupuk percaya diri,” jelas Laely, selaku ketua panitia penyelenggara karnaval HAB 73.

Pihaknya juga menambahkan, karnaval digelar untuk menyikapi himbauan Kepala Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo agar melaksanakan peringatan HAB di masing-masing Kecamatan.

Selanjutnya ratusan peserta karnaval yang merupakan generasi emas bangsa dilepas Kepala Kantor Kemenag , M Thobiq, untuk mengikuti karnaval dengan rute yang sudah di tentukan.

“Rute yang akan kami lalui yakni Jl. Tumenggung Jogonegoro, PLN menuju Jl. Honggoderpo, dan finish di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo. Di barisan paling akhir sendiri, kami mendatangkan group drum band dari MI Maarif Kejiwan untuk menambah semangat dalam memeriahkan karnaval”, tambah Laely.

Sementara itu, disela-sela pelepasan peserta karaval, M Thobiq mengatakan, bibit unggul penerus bangsa ada pada tangan masing-masing pendidik.

“Sebuah penelitian membuktikan bahwa 80% otak anak berkembang pada usia 0 hingga 5 atau 6 tahun. Periode ini akrab disebut dengan “golden age”, atau masa-masa keemasan.  Menurut salah satu psikolog anak menyebutkan, otak anak pada masa golden age berkembang sangat cepat, jadi informasi apapun akan diserap, tanpa melihat baik atau buruk. Nah peran dari pendidik disini sangat sentral, bukan untuk memaksakan sesuatu kepada anak didik tapi untuk mengarahkan anak didik melakukan perbuatan yang baik dan penuh dengan kasih sayang”, ungkap Thobiq.

M Thobiq mengharap, ketelatenan dan kesabaran pendidik senantiasa di tuangkan untuk mengemban tugas demi menciptakan generasi ayng berperilaku baik.(PS-WS/SUA)