Kombinasi Agama dan Ilmu, Penyuluh Harus Mengerti dan Mampu

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Senin, (04/02) ini di Aula lantai 3 Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah sedang di adakan Pembinaan Penyuluh Agama Buddha se-Jawa Tengah. Sejumlah 301 penyuluh Agama Buddha dari berbagai Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah berkumpul untuk mendengarkan arahan dan pembinaan dari Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Drs. H. Farhani, S.H, M.M.

Dibuka dengan pembacaan doa oleh Sunarso, penyuluh Agama Buddha dari Cilacap. Dilanjutkan sambutan dari Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Sutarso, S.Ag, M.M.

Pembimas Buddha juga menyampaikan, bahwasannya penyuluh Agama Buddha non PNS terbanyak ada di Prov. Jawa Tengah. Dengan anggaran bimas Buddha Jateng yang cukup tinggi, berimbang dengan serapan anggarannya yang sangat baik, hingga 94.57% , meski target Menteri Agama adalah 95%. “Jadi hanya kurang sekitar 0,4%,” ujar Sutarso.

 “Satuan kerja kami ada 22, yang beberapa belum memiliki perwakilan Agama Buddha. Ditambah penyuluh PNS yang ada di Jawa Tengah saat ini sangatlah terbatas, hanya ada empat orang saja, tiga cewek satu cowok,” jelasnya.

Maka dari itu, bimas Buddha membutuhkan penyelenggaranya untuk di Kab/Kota. Tetapi untuk menjadi Penyuluh itu tidaklah mudah, karena penyuluh di sini akan menjadi kepanjangan tangan dari Kementerian Agama.

“Sehingga ilmu bapak/ibu itu harus banyak, baik itu dibidang pendidikan maupun urusan lain. Jadi dikombinasi antara pengetahuan umum dan Agama,” papar Pembimas Buddha.

“Rencananya kita juga akan memberikan ID card untuk penyuluh non PNS, untuk menunjukkan bahwa anda adalah bagian dari Kementerian Agama tapi non PNS,” tutupnya.

Lebih lanjut Sutarso juga menjelaskan bahwa honor penyuluh tahun 2019 ini naik, dari 500rb menjadi 1 juta rupiah.(sua/sua)