Kemenag Wonosobo Gembleng Siswa Katolik 100% Religius 100% Nasionalis

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonosobo – Sebagai upaya untuk menguatkan karakter dan menanamkan mental religius dan nasionalis, sebanyak 22 siswa beragama Katolik yang berasal dari SMA se-Kabupaten Wonosobo di gembleng selama tiga hari di Bunda Hati Kudus, Bulu, Temanggung pada Kamis-Sabtu (14-16/03/2019). Acara yang digelar oleh Kemenag Wonosobo tersebut bertajuk 'Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Katolik Religius dan Nasionalis di Era Milenial'.

PPK Bimas Katholik, Dhany Novitasari mengatakan, acara ini diselenggarakan melalui DIPA Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo. Acara ini, lanjutnya, diadakan dalam rangka meningkatkan kualitas siswa Katolik yang berkarakter nasionalis dan religius di era milenial.

“Misi dari kegiatan ini adalah menanamkan mental seratus persen religus dan seratus nasionalis kepada para siswa,” ungkapnya.

Dengan kegiatan ini, pihaknya berharap dapat meningkatkan rasa nasionalis, patriot dan religius didalam diri para siswa. Selaku ketua panitia penyelenggara serta PPK Bimas Katolik, ia juga ucapkan terimakasih atas semangatnya peserta dapat hadir 100 persen.

“Kepada para peserta selamat mengikuti kegiatan ini dan semoga tujuan dari diselenggarakannya acara ini bisa tercapai sesuai dengan apa yang menjadi harapan,” tuturnya.

Sementara itu, Kasubbag TU Kantor Kemenag Wonosobo, Cahyo Sukmana saat membuka acara menyampaikan, pihaknya berharap kepada para penerus bangsa agar nantinya tidak berpandangan nasionalis yang sempit. Kesempatan dan fasilitas yg telah diberikan baik dari sekolah, orangtua maupun dari Kantor Kemenag Wonosobo seyogyanya dapat dimanfaatkan dengan baik.

“Seperti pada acara ini, kepada seluruh peserta bisa memanfaatkan acara dengan mencermati, menelaah dan menerima materi dari narasumber. Hal itu adalah salah satu perwujudan dalam mewujudkan tujuan dari terselenggaranya acara ini,” harapnya.

Lebih lanjut menurutnya, Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, bahasa, agama, dan lain-lain. Namun perbedaan tersebut jangan dijadikan sebagai penghalang. Justru perbedaan di negeri tercinta ini harus disyukuri. Sebagai penutup, Cahyo Sukmana meminta agar generasi muda katolik ini tidak terpengaruh oleh informasi maupun kegiatan-kegiatan yang bersifat profokasi. Salah satu ciri kegiatan profokasi adalah dengan memaksa dengan menggebu-gebu atau semangat yang terlalu berlebihan.(PS-WS/Wul)