Jokowi Serukan Persatuan Dalam Peringatan Isra’ Mi’raj di Sukoharjo

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW tingkat Kenegaraan 2019 diselenggarakan di GOR Pandawa Solo Baru, Rabu (3/4). Peringatan kali ini dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo beserta jajaran Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Sukoharjo Wardoyo, Kepala Kantor Kemenag Kota Surakarta Musta’in Ahmad, Penyuluh Agama Islam se-eks Karesidenan Surakarta,serta tamu undangan.

Dalam sambutannya, Jokowi mengawali dengan kembali mengingatkan bahwa Indonesia merupakan Negara besar, “Saya ingin mengingatkan kepada kita semuanya betapa negara kita ini adalah Negara besar, Negara besar. Penduduk Indonesia sekarang sudah 269 juta. Yang hidup di 17 ribu pulau, tersebar di 34 provinsi, serta 514 kabupaten dan Kota. Yang lebih penting lagi Negara kita dianugerahi oleh Allah SWT berbeda-beda, majemuk. Plural. Berbeda-beda suku, agama, adat, tradisi, (dan berbeda) bahasa daerah,” ujar presiden yang pernah menjabat sebagai Walikota Solo tersebut.

Jokowi juga membandingkan Indonesia dengan Afganistan bahwa Indonesia memiliki 714 suku, sedangkan Afganistan mempunyai tujuh suku. Ia menjelaskan, “Di Afganistan ada suku Fatsun,Tajib, Hassala, Usbek,Aiman,Turbek, Balok ; Tujuh. Indonesia, misalnya bapak ibu sekalian menyuruh saya ngapalin 714 (nama-nama suku di Indonesia), saya ngomong adanya nggak hafal saya. (Selain itu, terdapat) 1100 lebih bahasa daerah kita,”

Dari perbandingan tersebut, tambahnya, terlihat betapa perbedaan yang merupakan anugerah dari Allah SWT, sudah menjadi sunnatullah, sudah menjadi hukum Allah kepada Bangsa dan Negara kita Indonesia. Ia menggarisbawahi, di sini, perbedaan-perbedaan itu jangan menjadikan kita ini tidak seperti saudara lagi. Sekali lagi, ini sudah sunatullah. Sudah menjadi hukum Allah kepada kita bangsa Indonesia, berbeda-beda.

Jokowi melanjutkan, “Apalagi, (jika) perbedaan-perbedaan ini ramai munculnya menjelang pemilihan bupati, walikota, gubernur, maupun presiden. Saya ingin mengingatkan jangan sampai peristiwa-peristiwa politik menjadikan kita lupa bahwa kita ini saudara se-bangsa dan se-tanah air. Kita lupa menjaga ukhuwah kita, ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah kita karena urusan politik.” terang pria asli Solo tersebut.

Jokowi melanjutkan, “Tetapi, karena dua suku yang bertikai, konflik, kemudian yang satu membawa kawan dari negara lain, yang satu membawa kawan dari negara lain akhirnya menjadi perang. Sudah 40 tahun konflik perang itu ada di Afganistan. Siapa yang paling dirugikan? Yang dirugikan dua ; Yang pertama wanita, yang kedua anak-anak. Wanita sudah tidak berani lagi keluar rumah. Anak-nak tidak bisa sekolah. Sekarang, kita sudah bisa naik sepeda saja bersyukur alhamdulillah.” Paparnya.

“Jangan sampai karena permasalahan sekecil apapun, baik itu antar, suku, antar kampung, antar paslon dalam pemilu apalagi berkaitan dengan agama kembali terjadi sehingga menyebabkan dampak yang tidak diinginkan”, pesannya.

Terakhir, Jokowi berpesan bahwa apa yang disampaikannya menjadi evaluasi kita, menjadi koreksi kita agar kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara itu bisa menjadi lebih baik ke depan. Bisa menjaga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah kita dan lebih secara lebih besar bisa menjaga ukhuwah insaniah dan ukhuwah basariah kita. (abdus-rma/bd)