RENUNGAN AGAMA HINDU

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

SANG DIRI

Memahami setiap kita akan sangat sulit bila tidak diurai oleh diri kita sendiri, perasaan manusia untuk selalu berada pada posisi sempurna sehingga membelenggu kehidupan.  Keinginan yang meluap sampai batas nalar, belum lagi timbul berbagai gagasan baru yang muncul dari sekitar kita, ini akan menimbulkan keserakahan pikiran.

Pemahaman untuk mengerti akan apa yang ada dalam jiwa atau diri kita perlu namanya kesadaran mendalam pada diri, pendalama ini membutuhkan banyak latihan yang baik,  setiap kita pasti sdar dengan hal tersebut namun sadar jika tidak dibiasakan untuk dapat mencapai tersebut maka hanya seperti bisul yang menunggu pecah. Untuk itu diri kita harus mulai menata dengan baik agar dapat memahami hidup kita sendiri.

“Diri sejati adalah jiwa suci yang mampu menyatu dengan jati diri yaitu Nurani. Anda harus berupaya keras mengalahkan diri palsu, dan persepsi kesadaranmu ada pada diri sejati. Setidaknya pertahankan pada posisi ini, syukur bisa melanjut pada kesadaran Nurani”.

Suara Nurani akan menuntunmu pada jalan kebenaran, mencerahi seluruh lapisan jiwa dan pikiran. Maka engkau akan terlepas dari : Kebodohan, kemelekatan duniawi. Dan sebaliknya anda akan selalu merasa tenang-damai-bahagia bersama Tuhan. Dikutip dari http://www.erlangga.my.id/ 2017/11/diri-sejati-untuk-melawan-diri-palsu.html.

Yang ada dalam suara nurani terkadang sangat banyak dan membelenggu kehidupan sangat penting bagi kita untuk memnelaah dengan baik, ketamakan pikiran akan membawa kesombongan diri dan keanguhan diri sendiri dan akan menjauhakan dari kehidupan

Demikian halnya penderitaan itu, olah karena itu lepaskan  dirimu dari sebab penderiataan itu, jangan hendaknya engkau menyengsarakan diri, sebab dirimu sebenarnya sanak saudaramu diri sendiri, adapun musuh atau lawan diri sendiri anda, jelasnya, jika saying dirimu sendiri, (maka) berusahalah terciptanya moksa, jika demikian halnya, maka dirimu merupakan sanak saudara; apabila tidak sayang pada dirimu sendiri, tidak memikirkan kebebasanya, maka engkau merupakan musuh dirimu sendiri”.

Jika ingin mendapatkan kebahagiaan maka haruslah memahami sebab akibat yang ditimbulkan, sehingga dapat terlepas dari penderitaan, menyengsarakan diri sendiri itu akan menambah musuh dalam diri sendiri karena sebenarnya semua adalah cerminan diri sendiri, karna yang dikatakan musuh dan sahabat tidak lain adalah kita sendiri, maka berushalah untuk mencapai kebahagian sejati, bahagiakan diri sendiri untuk mencapai kebabasan, sayangilah diri sendiri dan ciptakanlah rasa nyaman damai tenang agar kita tidak memusuhi diri sendiri. Puja gede dalam Sarascamuscaya (397;218).

Oleh karena itu pergunakanlah waktu hidup sebaik-baiknya dan lakukanlah kemampuanmu untuk  berbuat dharma, sebab yang dinamakan sifat tua itu sangat menyedihkan. Keadaan yang sering terjadi sampai dengan hayat hidup yang sangat panjang tidak pernah menyadari bahwa hanya dengan melepaskan jauh dari keterikatan jiwa dengan nikmatnya kehidupan yang akan membawa kebahagian diri sendiri.  Maka pahamilah diri sendiri untuk pupuk kesadaran mencapai kebahagiaan diri.

“Manusia yang telah bisa mengenal dirinya, maka ia akan berlaku layaknya makhluk yang sifat-sifat kesejatian. Berbudi luhur dan hidup dalam kesucian sesuai nurani”.

Tentu akan malu untuk berperilaku menyerupai sifat-sifat binatang yang liar dan buas. Penuh nafsu dan emosi. Sebab memang itu bukan sifat-sifat dirinya yang asli. Sesungguhnya perjalanan hidup manusia yang paling utama hidup di dunia adalah agar bisa mengenal dirinya yang sejati. Sebab itu adalah jalan menuju kepada keabadian. Dikutip dari  https://www.kompasiana.com/ katedrarajawen/55006200a333115c735109d1/mengenal-diri-sejati-50k-aku-dan-sang-guru

Guru sejati dalam kehidupan adalah diri kita sendiri yang menuntun bukanlah orang lain karena yang memahami sifat adalah kita sendiri bukan orang lain, maka menata diri untuk mendapakan kecerdasan pribadi tentang sang diri hanya diri sendiri, untuk itu mulailah untuk dapat berdamai dengan diri sendiri.

Wahonogol