Insiden Pengeboman Gereja : Gara Katholik Perkuat Koordinasi Peringatan Jumat Agung

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonosobo – Jelang peringatan wafat Isa Al Masih yang jatuh pada hari Jumat 4 April 2021 mendatang, Seksi Penyelenggara Katholik (Gara Katholik) Kankemenag Kab. Wonosobo lakukan persiapan secara matang, lebih lagi dengan adanya insiden pengeboman yang terjadi di kompleks Gereja Katedral, Jalan Kartini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) lalu. 
Insiden tersebut sempat membuat kecemasan akan pelaksanaan ibadah bagi Agama Katholik lebih lagi untuk memperingati wafat Isa Al Masih jumat mendatang. Menjawab kecemasan tersebut Kasi Gara Katholik Kankemenag Kab. Wonosobo lakukan koordinasi dengan Gereja Paroki Kab. Wonosobo dan Kasat Binmas Polres Kab. Wonosobo. 
Dalam koordinasi tersebut pihaknya menyebutkan terkait persiapan yang sudah dilakukan untuk peringatan Jumat Agung dan Minggu Paskah serta koordinasi terkait pengamanan umat gereja oleh apparat Kepolisian dihari tersebut. 
Kasi Gara Katholik Agustinus Triwiyarso mengatakan Insiden pengeboman jangan lantas menjadi ketakutan yang mendalam apalagi terbawa emosi, ia mengatakan moderasi beragama harus diutamakan dalam menjaga kerukunan. “Saya himbau kepada umat Katholik khususnya di Kab. Wonosobo agar tidak terbawa emosi atas insiden tersebut apalagi sampai terprovokasi untuk saling menyalahkan karena sejatinya pelaku tersebut melakukan misi bunuh diri bukan atas perintah agamanya,” ungkap Agus.
Selain itu Agus menjelaskan terkait Peringatan Wafat Isa Al Masih biasa dikenal dengan Jumat Agung untuk menandai hari kematian Yesus Kristus di Kayu Salib setelah diadili di Sanhedrin atau Mahkamah Agama. Kematian Yesus diatas kayu salib tersebut di Imani oleh umat Kristen maupun Katholik sebagai bentuk penebusan dosa umat manusia. 
Selanutnya, Saat ditemui di ruangannya Kakankemenag Kab. Wonosobo dalam kesempatan berbeda mengatakan kepada umat beragama agar tidak terpancing dengan adanya insiden tersebut serta berhati-hati dalam bersosial media agar terhindar dari berita hoax. “Dari insiden tersebut mungkin akan ada beberapa oknum yang memberitakan kejadian atau menyangkutkan kejadian tersebut dengan isu yang belum akurat kebenarannya, bahkan yang namanya oknum berita benar pun bisa dipelintir, oleh karena itu saya berpesan kepada seluruh masyarakat untuk bijak bersosial media apalagi saat ada insiden seperti ini,” ungkap Farid.
Pihaknya menegaskan aksi pengeboman tempat ibadah bukan aksi yang dibenarkan dalam agama apapun dan pelakunya tidak dapat dikatakan dia melakukan hal tersebut karena ter ilham-i oleh ajaran agamanya, sebab pengeboman sama hal nya dengan tindak kekerasan dan kekerasan akan menggerus nilai-nilai kemanusiaan dan pasti merugikan banyak pihak. “Tindakan-tindakan keji ini sangat tidak manusiawi apalagi sampai merenggut nyawa dirinya dan mengancam nyawa orang lain. Tindakan keji ini rawan mengoyak tatanan kehidupan masyarakat yang sudah terbina dengan rukun,” tegasnya. 
Ia mengatakan moderasi beragama adalah kunci untuk menciptakan keharmonisan ditengah perbedaan. Ps-ws/qq