Kendalikan Bullying dengan Sekolah Ramah Anak

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – MIN Surakarta melaksanakan kegiatan Deklarasi Sekolahan Ramah Anak (02/03) yang diikuti 36 peserta serta dihadiri Kepala Kemenag Kota Surakarta dan Pengawas RA/MI. Komite, Guru dan Karyawan, Perwakilan Wali Siswa, dan Alumni siswa menjadi peserta dalam kegiatan tersebu. Kepala MIN Surakarta, Anik Ustadah menyampaikan bahwa MIN Surakarta harus mendeklarasikan Sekolah Ramah Anak agar bisa berkomitmen untuk menjadi sekolah yang ramah bagi anak. “Tidak adanya kekerasan dan bullying dalam bentuk apapun kepada anak didik, agar anak nyaman, gembira, dan betah dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,”tuturnya.

Dengan deklarasi ini diharapkan dapat meningkatkan hal-hal positif yang sudah ada di MI N Surakarta. Senada, Pengawas RA/MI,Istikomah juga menyampaikan bahwa ada beberapa komponen yang harus terpenuhi agar sekolahan tersebut menjadi sekolahan yang ramah anak, diantaranya adalah melakukan deklarasi. “Paham tentang hak-hak siswa yang harus terpenuhi, Sapras dan Lingkungan sekolahan yang mendukung serta kegiatan pembelajaran yang yang sesuai dengan kondisi siswa,”jelasnya.

Kakankemenag Kota Surakarta, Hidayat Maskur yang turut hadir menyampaikan dalam sambutanya bahwa sekolahan ramah anak harus mampu mengendalikan bullying agar anak tidak down secara psikis. “Anak didik harus diperhatikan agar tumbuh kembang anak tidak terganggu,”ujarnya. Disampaikan juga bahwa madrasah selain menjadi sekolah ramah anak juga memiliki ciri khas keagamaan yang kental, berbeda dengan sekolahan pada umumnya. “Dewasa ini Madrasah juga sudah Go Internasional dengan bukti prestasi-prestasi tingkat Internasional oleh siswa Madrasah, sehingga dengan status Sekolah Ramah Anak diharapkan menjadikan MIN sebagai percontohan sekolahan lain,”jelasnya. Hidayat menambahkan bahwa guru juga harus semangat dalam mendidik, sebagai pengukir masa depan siswa. Setelah menjadi Sekolahan Ramah Anak, diharapkan tidak ada lagi guru yang ditakuti oleh siswa, lebih baik lagi guru menjadi sahabat siswa agar siswa mudah menyampaikan keluh kesah dan gagasan  kepada guru, dan guru sebagai contoh untuk siswa. (edi/my/bd)