Siaran Belajar di RRI, Meretas Jarak Guru dan Siswa

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Pandemi Covid-19 telah mengubah hampir semua sektor kehidupan manusia. Tak terkecuali bidang pendidikan. Pembelajaran tatap muka di kelas di masa Pandemi belum bisa dilakukan secara bebas. Kalau pun ada semua masih dalam uji coba. Pilihan pembelajaran daring menjadi solusi bagi guru menyampaikan pelajaran pada siswa. Walaupun jika disuruh memilih, siswa lebih senang jika bisa bersua langsung dengan guru, karena ada kedekatan emosional selama pembelajaran tatap muka di kelas.

Pembelajaran daring juga tidak selamanya berjalan mulus. Berbagai kendala dihadapi, baik guru maupun siswa. Mulai dari masalah ketersediaan media, penguasaan teknologi informasi hingga pengeluaran keuangan yang membengkak. Guru berupaya agar tetap bisa menyampaikan materi dengan berbagai keterbatasan, apalagi banyak pilihan sarana yang bisa digunakan untuk pembelajaran daring, misalnya pakai e-learning, zoom, WhatsApp, dan lainnya.

Melihat kondisi tersebut, mendorong Rusdi Mustapa, salah satu guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta, mencari solusi bagi siswa yang mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran daring. Di awal-awal pembelajaran masa Pandemi, Rusdi yang mengajar sejarah ini, menggunakan media Zoom Meeting untuk pembelajaran. Namun banyak siswa yang mengeluh karena akses internet kurang stabil, selain itu juga banyak menghabiskan kuota. Kemudian menggunakan media grup WhatsApp, setelah sepakat dengan siswa, juga divariasikan dengan memanfaatkan e-learning madrasah dari Kementerian Agama.

Kemudian Rusdi memiliki ide menggunakan media radio. Hal ini dilatarbelakangi bahwa hampir semua orang memiliki radio dan juga sangat murah. Gayung pun bersambut. Dibawah koordinasi dengan Komunitas Guru Belajar (KGB) Kota Surakarta yang diikuti, Rusdi mendapat kesempatan siaran belajar di RRI.

“Kenapa radio ? Ya karena hampir semua orang memiliki dan juga tidak mahal. Cukup cari frekuensi radio, siswa bisa mengikuti pembelajaran lewat siaran radio,” kata Rusdi saat ditanya mengapa menggunakan media radio. Bersama KGB Kota Surakarta, Rusdi sudah mengisi siaran belajar di RRI Pro 2 Surakarta sebanyak empat kali.

“Tanggapan siswa sangat positif karena mereka tidak perlu dipusingkan dengan akses internet dan biaya kuota. Pada saat jam pembelajaran saya menyampaikan bahwa nanti saya akan siaran di RRI. Siswa saya minta untuk mencari frekuensinya. Di sela-sela siaran mereka bisa berinteraksi memberi pertanyaan yang dipandu oleh penyiar RRI,” papar Rusdi tentang seputar bagaimana cara belajar lewat RRI.

Sementara itu Slamet Budiyono selaku kepala MAN 1 Surakarta sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Rusdi. Perlu ada terobosan tidak biasa bagaimana menghadirkan pembelajaran daring yang menyenangkan, inovatif dan murah.

“Saya berharap apa yang dilakukan pak Rusdi ini bisa diikuti guru yang lain. Karena siaran lewat RRI tentu tidak hanya diikuti siswa dari sekolah sendiri, tapi juga dari sekolah-sekolah yang lain. Jangkauan informasi bisa diterima lebih luas. Tentu perlu jaringan yang luas agar bisa mengajar di RRI dan pak Rusdi membuktikan bahwa dia mampu,” pungkas Slamet Budiyono. (my/bd)