081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Pererat Silaturahmi, DWP Kemenag Wonogiri Ikuti Halal Bi Halal Secara Virtual

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Kemenag Kabupaten Wonogiri mengikuti acara Halal Bi Halal Nasional 1442 H / 2021 M secara virtual di ruang PTSP Kemenag Wonogiri yang digelar oleh DWP Kementerian Agama RI, Senin, (7/06). Kegiatan yang bertema “Mempererat Silaturahim dalam kebersamaan dan Keberagaman”.

Acara di ikuti oleh 612 peserta dari DWP Kementerian Agama di seluruh Indonesia daring dan menghadirkan ulama kharismatik KH Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.

Hadir dalam acara virtual tersebut,  Penasehat DWP Kemenag RI Eny Retno Yaqut, Penasihat DWP Kemenag Halimah Zainut Tauhid, Ketua DWP Kemenag, Farikhah Nizar Ali dan jajaran pengurus. Sementara peserta yang mengikuti Halal Bihalal berasal dari DWP Kemenag provinsi dan kabupaten/kota serta DWP PTKN se Indonesia.

Dalam sambutannya Eny Retno Yaqut, mengatakan bahwa salah satu kebijakan dan program unggulan Kementerian Agama adalah moderasi beragama. Argumen paling krusial hadirnya kebijakan moderasi beragama ini bersumber pada fakta bahwa masyarakat Indonesia sangat plural-multikultural, baik suku, etnis, agama, bahasa, budaya, dan secara geografis adalah negara kepulauan terbesar. Sehingga, secara sosio politik Indonesia memiliki landasan yang kuat dalam mengembangkan program-program strategis moderasi beragama dan kerukunan umat beragama dalam konteks keindonesiaan.

“Tak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini semakin marak tindakan-tindakan dan kekerasan yang mengatasnamakan agama atau perintah agama. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara di dunia,” ujar Eny Retno Yaqut.

Menurut Eny, fakta empiris menunjukkan bahwa provokasi, ujaran kebencian, serta hasutan untuk melakukan kekerasan yang terjadi baik di sosial media dan hubungan kemasyarakatan secara real yang dibungkus dengan berbagai hegemoni dan identitas; baik itu identitas agama, budaya, kelompok, suku, ras, dan bangsa telah mengikis dan mengaburkan rasa saling menghormati, toleransi, kasih sayang, perdamaian, dan persatuan.

Dengan demikian, tegas Eny, tidak hanya menjadi tugas pemerintah atau Kementerian Agama saja, melainkan tugas semua pihak, tanpa terkecuali, untuk mensyukuri dan menghargai keberagaman tersebut serta harus mampu mengelola perbedaan-perbedaan dengan baik dan bijaksana demi persatuan nasional dan kemajuan bangsa Negara Indonesia.

Sementara itu, KH. Bahauddin Nursalim sebagai penceramah mengatakan dari zaman dahulu, semua orang selalu hidup berdampingan dengan berbagai suku, ras, dan agama. Saat ini marak terjadinya kekerasan agama, provokasi dan ujaran kebencian yang tersebar di media sosial bahkan secara riil yang dibungkus dengan berbagai identitas sehingga menghilangkan rasa perdamaian dan persatuan diantara masyarakat.

Hal ini diakibatkan kurangnya sosialisasi dan pemahaman tentang moderasi beragama. Ia berpesan agar masyarakat bisa belajar untuk memaafkan, menerima perbedaan, selalu menanamkan kebaikan atas nama Allah SWT, dan memiliki sifat selalu memberi sehingga menghilangkan rasa kebencian kepada orang lain.(mursyid/Sua)